AGAMA SUCI

Posted By on January 10, 2020

Benar sekali ungkapan Kang Rumi :
aku bukanlah Nasrani,
aku bukanlah Yahudi,
aku bukanlah Majusi, … dst.


Aku tak butuh pengakuan atas nama agama. Aku tak butuh simbolisme.

Walaupun demikian, biarlah mereka menyebut apa. Tak ada pengaruhnya. Tak menarik lagi sebutan istilah simbolis “mulia” itu.

Agama Suci mesti meluncur (menetes) langsung dari Dzat Yang Maha Suci. Sebab al Haq min Rabbika. Tidak lagi tersekat dan terkontaminasi oleh pendapat, penafsiran, mufakat, apalagi prasangka.

Agama Suci mesti menembus rasa yang paling dalam. Hingga yang dirasa-rasakan hanya indah nikmatnya Dzat Yang Maha Suci Abadi.

Sebelumnya telah menembus roh. Hingga melebur menghancur berbagai pengakuannya hamba. Melebur pengakuan hak milik, pengakuan kebisaan, pengakuan kekuatan, pengakuan ide-gagasan, maupun berjuta macam pengakuan-pengakuan lainnya.

Sebelumnya lagi telah menembus nurani. Hingga yang diingat-ingat dalam nurani, siang malam hanya isinya (ilmu) Dzikir. ‘Alimul Ghaibi wasysyahadati, ilmu perihal Al Ghaybullah yang telah secara pasti disaksikan (dengan mata hati nurani).

Aku harus bisa melampaui gagasan pikiran wacana itu.
Aku harus bisa menikmati esensi atas nama agama.
Aku harus bisa membedakan “langit” ciptaan manusia, menembus langit Yang Maha Kuasa.

Tunggulah aku sobat, aku akan menyusulmu dalam jihadul akbar menafi menyirna pengakuanku, menyirna jagad duniaku. Mohon doamu Sobat, serta ber-beran sawab dan berkah pangestu Guru al Wustho.

_____210719–malam Ahad Pahing, dalam melestarikan nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.