AKAL vs HATI
Posted By Roni Djamaloeddin on January 24, 2023
Dalam wikipedia, akal didefinisikan peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan formal maupun informal.
Sedang dalam kbbi, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu mengingat menemukan jalan lain dan sebagainya.
Sementara dari berbagai literasi, pengalaman, penalaran, dan internalisasi berguru, akal dapat dipersepsi sebagai produk, kebiasaan, sifat, kinerja dari otak. Karenanya, akal merupakan daya jelajah daya jangkau organ otak. Ketika pemahaman pengalaman kecil/rendah, maka wilayah jangkauannya juga sempit/rendah. Namun ketika pemahaman pengalaman jauh luas, maka jangkauan pemikiran penalaran pun juga luas.
Sehingga bisa ditarik hipotesis bahwa akal (kinerja otak) berbanding lurus antara modal pengalaman dengan daya kerja daya pikir daya eksplorasinya.
Contoh praktis kinerja akal, ketika diberi garapan sebidang tanah. Maka akal yang rendah memanfaatkannya dengan cara menjual sebagai bahan baku genteng, bata merah, atau bahan produksi lainnya. Akal yang lebih tinggi memanfaatkan dengan menjual kaplingan rumah. Akal yang lebih tinggi lagi menjadikannya kompleks perumahan. Akal yang lebih tinggi lagi, menjadi pengembang sekaligus kontraktor dari berbagai perumahan, dst-dsb.
Contoh praktis lain dapat disimak pada https://ronijamal.com/perenungan-antara-belum-dan-bisa-berpikir/
Oleh karenanya, saking penting besar berharga dan menentukannya fungsi akal, Imam Ali berwasiat : kekayaan yang paling besar adalah akal.
Bahkan di berbagai ayat, para otak disindir dengan keras : afala ta’qiluuna (apakah kamu tidak menggunakan akalmu), afala tatafakkaruuna (apakah kamu tidak memikirkan), afala yatadabbaruna (apakah kalian tidak merenungkan), ..dst-dsb.
Kemudian bagaimana dengan hati?
Rasulullah Saw bersabda : Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu (hati). (HR Bukhari dan Muslim).
Namun dalam penjabaran ilmu dzikir, yang digelar langsung oleh Guru al Wasilata (yaa Imamu Mubin, Imam Zaman, Imam Mahdi, Satriyo Piningit), hati secara fungsional dibedakan menjadi dua : hati sanubari dan hati nurani. Selengkapnya dapat disimak pada https://ronijamal.com/dua-hati/
Dua hati tersebut, fungsinya telah dinash dalam al Ahzab 4 : Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.
Maksudnya, dua hati tersebut tidak akan berfungsi bersama. Bila hati sanubari yang berfungsi, maka hati nurani yang mati. Sebaliknya, bila nurani yang berfungsi, maka sanubari yang akan mati.
Lalu hubungannya dengan akal?
Dalam risalah aguru-guru (risalah yang digelar langsung oleh Nabi Saw dan juga melalui para pelanjut tugas fungsi kekhalifahan secara lisan gilir gumanti), akal adalah jendelanya hati. Akal adalah pintu cahaya yang akan masuk ke hati nurani.
Ketika jendela (akal) terbuka sempit, maka cahaya yang masuk ke hati nurani juga sedikit. Maka akibatnya, hati sanubari yang menguasai jiwanya.
Sebaliknya, ketika jendelanya terbuka lebar maka cahaya yang masuk ke hati nurani menjadi banyak. Sehingga akibatnya hati nurani yang merupakan tempat mengalirnya Nur Cahaya Ilahi menjadi lebih mudah nglenggono, lapang dada, sabar, tidak mudah grusa grusu, tidak mudah emosi, senang beramal senang beribadah senang berbuat kebaikan antara sesama …dst-dsb.
Dalam keterangan lain, hati adalah raja, akal perdana menterinya. Akal yang berpikir keras jlimet teliti, hati yang memutuskan. Akal yang mengeksplorasi segala kemungkinan yang bisa terjadi, hati yang ketuk palunya (memutuskan). Akal yang mencari menemukan 360 cara menuju titik (dalil lingkaran), hati yang mengambil keputusannya.
Karenanya, fatwa Imam Ali akal itu mengada di antara dua hati. Ketika hati sanubari yang berfungsi, maka akal akan terbawa ke arah sanubari. Sebaliknya, ketika hati nurani yang berfungsi maka akal akan terbawa ke arah nurani.
Contoh, saat mendapat kritik tidak mengenakkan, dan yang berfungsi adalah sanubari, maka akal akan mencari-cari kesalahan yang mengkritik. Akal dan sanubari tidak terima atas kritikan itu, kemudian memikirkan cara untuk ganti membalas kritikannya. Bahkan bisa mungkin hati sanubarinya dendam kesumat, lalu berpikir keras untuk bisa membalas dendam pada yang mengkritiknya.
Sebaliknya ketika yang berfungsi adalah nurani, disaat ada kritik yang tidak mengenakkan, maka akal akan mencari nilai² positif atas kritik itu. Akal akan mencari kekurangan kesalahan diri sebagai penyebab lahir kritik. Akal akan menggali sisi plus minus interesting (PMI, salah satu alat berpikir) dari sebuah kritik. Akal akan membenarkan menguatkan dalil bahwa manusia itu bagaimana pun hebat kuat cerdasnya, tetaplah khotho’ wa nisyan.
Kemudian pemikiran penalaran akal turun ke nurani. Maka merangsang nurani untuk berlapang dada, sabar, nglenggono, mencari kesalahan kekurangan diri, mencari hikmah kebaikan dari kritik itu, mencari sisi yang lemah dari kritikan itu, dan seterusnya dan sebagainya.
Namun yang perlu dicermati secara mendalam, kata kunci agar hati nurani mudah lapang dada dan nglenggono, atau hati nurani yang cerdas, bila kepadanya diberi ilmu dzikir. Sebab fungsi dan tugas utama nurani adalah dzikrullah. Mengingat-ingat (mendzikiri Wujud) Dzatullah. Bukan mengingat-ingat Asma-Nya. (https://ronijamal.com/mencerdaskan-hati-nurani/)
Karenanya, wala dzikrullahi akbar (dzikir pada Allah adalah sesuatu (pekerjaan) yang besar). Dan alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub (ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (berdzikir), hati menjadi tenteram).
Namun yang perlu disadari secara pasti, yang dominan atau default dalam dada manusia adalah hati sanubarinya. Hati yang fungsinya adalah hal² buruk yang tidak sejalan kehendak Tuhan. Iri, dengki, ujub, riya, kanthil (sangat suka) dunia, gila jabatan, marah, emosi, frustasi, mudah tersinggung, mudah salah paham, …dan seabrek istilah lainnya. Diistilahkerenkan dengan penyakit hati.
Dengan demikian simpulnya :
Pertama, akal dan hati adalah dua entitas yang berbeda. Memiliki tugas fungsi yang berbeda pula.
Kedua, tugas akal memikirkan memecahkan mencerahkan perkara yang mampu dijelajah otak yang sifatnya rasional. Tugas hati (nurani) : dzikkrullah.
Ketiga, akal ibarat perdana menteri, hati adalah raja. Akal memberi pertimbangan penalaran, hati yang memutuskan.
Keempat, akal harusnya bisa pecah cerah sebagai konsekuensi atas kritik pedas : afala ta’qiluuna, afala tatafakkaruuna, afala yatadabbaruna. Yang melakukan adalah diri sendiri, bukan orang lain.
Kelima, akal dan hati berjalan bersama, akal memikirkan menggarap ciptaan-Nya, hati ingat (mendzikiri) Yang Maha Pencipta.
Keenam, tafakkaruu fii khalqillah, wa la tafakkaru fi dzatillah adalah wilayah tugas akal. Sedang tugas hati wala dzikkrullahi akbar.
Ketujuh, akal merupakan pasukan elit yang mampu mengantar islamnya hati, islamnya roh, hingga merdeka sejati fitrah manusianya. (https://ronijamal.com/hati-yang-islam/)
Kedelapan, akal harus mampu memecah mencerah menangkap tujuan yang sejati dihidupkan di alam dunia. Dan mampu berpikir menangkap secara pasti pula kemana pulangnya. Yang kemudian diaplikasi oleh hati nurani dalam setiap hembusan nafas yang keluar masuk dengan ingat (kelet) isinya dzikir.
Kesembilan, inilah PR abadi manusia semenjak lahir sampai nafasnya terhenti.
___070123–share dan olah nalar olah roh olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.