BEBASKAN KEJAHATAN DIRI
Posted By Roni Djamaloeddin on November 26, 2021
Diri ini jahat?
Begitulah ketika menyelami kedalaman makna innahu kaana dzaluman jahuula (QS.33:72). Sesungguhnya manusia itu kejam (jahat) lagi bodoh.
Adalah vonis yang diberikan Tuhan kepada makhuk yang bernama manusia ketika masih di alam fitrah (alam dzar, alam arwah). Masih berupa fitrah, belum berwujud manusia. Belum punya akal nalar. Belum bisa berpikir, menalar, merasional. Namun sudah tervonis kejam (jahat) lagi bodoh.
Sungguh tidak bisa ditangkap dengan akal nalar rasional. Mengapa masih berwujud percikan Fitrah-Nya, sudah mendapat gelar yang sangat mengerikan. Namun kenyataan demikian adanya. Tuhan Maha Tahu segalanya, dan keputusan-Nya tidak bisa diganggu gugat.
Masalah utamanya diprasangka kecil dan remeh. Yaitu wani-wanine (berani-beraninya) menyatakan sanggup memikul amanah, yang padahal amanah tersebut tidak ditawarkan kepadanya. Sementara makhluk yang luar biasa besar, langit bumi gunung menyatakan tidak sanggup menerima.
“Sesungguhnya Kami menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzolim lagi amat bodoh” (Al-Ahzab 72).
Bukankah ini namanya sungguh terlalu dzoluman jahula?
Memprasangka kecil remeh, tapi sebenarnya besar di hadapan Tuhan.
Sedang faktanya memang benar adanya. Dzolim bodoh bahkan jahat terhadap dirinya sendiri. Yaitu tidak butuh mengenali fitrahnya diri. Tidak butuh tahu amanah apa yang telah disanggupi waktu itu. Juga tidak butuh kenal pasti Dzat Yang Maha Fitrah, yang kala itu berani bersaksi : qaalu balaa syahidna (betul wahai Tuhan, saya bersaksi bahwa Engkau (Dzat Cahaya Wujud Huwa) adalah Rabb kami (QS.7:172).
Lantas, bagaimana membebaskan diri dari sifat watak kejam bodoh jahat?
Bodohnya otak akal nalar, maka solusi membebaskannya adalah dengan berguru, bersekolah, berprivat, berkursus, berselancar gogel, berdiskusi, bermusyawarah, bersparing akal, berworkshop, belajar otodidak, … dan lain-lain semacamnya.
Namun bodohnya jiwa hati fitrah manusianya, maka satu-satunya solusi adalah berguru. Sebagaimana Nabi Saw yg ketika muda juga berguru. (https://ronijamal.com/guru-suci/)
Berguru kepada pelanjut tugas dan fungsi kerasulan. Seperti diperintahkan Nabi : fa’alaikum bisunnati…dst. (https://ronijamal.com/bisunnatii/)
Tanpa berguru, dan hanya mengandalkan kekuatan kemampuan diri, PD berlebihan, maka tidak akan pernah bisa bebas lepas dari kedzoliman kebodohan kejahatan diri.
Karenanya, benar sekali bila “ketidaktahuan adalah kejahatan yang nyata”. Kejahatan nyata terhadap diri sendiri. Dan faktanya, kejahatan ini bisa berkembang atau ngaloberi pada alam sekitarnya. Bisa jahat pada manusianya, jahat pada lingkungannya, sosialnya, alamnya, ataupun ekosistem luas.
Karenanya, benar sekali Lord Buddha : “hidup tanpa harapan seperti mengubur diri”.
Hidup tanpa cita-cita harapan membebaskan kejahatan diri, ekuivalen dengan mengubur diri secara halus. Hingga sampai saatnya dikubur secara nyata.
__151121–sparing akal nalar dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.