BELAJAR BIJAKSANA
Posted By Roni Djamaloeddin on March 5, 2010
Belajar bijaksana? Yaa, benar. Belajar menjadi orang yang bijaksana. Walau tampaknya asing, ia perlu dibelajari. Menjadi bijaksana itu perlu belajar. Ia tidak mungkin datang tiba-tiba.
Terlebih bila mengkaji dan mencermati QS. An Nahl ayat 125, menjadi jelas bahwa kita perlu belajar bijaksana. Ayat tersebut adalah: serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Ayat ini menegaskan perintah menyeru kepada sesama manusia untuk meniti jalan Tuhan dengan penuh hikmah serta melalui pendekatan dan argumentasi yang baik. Tetapi bila seruannya ditolak, dibantah, atau bahkan ditentang dan diperolok, diperintah untuk membantah atau menangkis dengan argumen yang lebih baik dari pada seruan sebelumnya.
Perintah ini dengan jelas tersirat bahwa di dalam melangkah berseru atau berajak kepada sesama, perlu membekali diri dengan modal yang baik. Pengetahuan yang banyak. Pemahaman yang mantap. Wawasan yang luas. Mental yang siap banting. Perlu pula melengkapi pengetahuan tentang berbagai model berpikir yang mendukung ketrampilan berpikir (thinking skill). Seperti berpikir integral, berpikir linier, berpikir paralel, berpikir holistik, berpikir konstruktif, berpikir lateral, berpikir merancang, maupun berbagai model berpikir lainnya.
Berbagai pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan ketrampilan berpikir tersebut perlu dibangun dengan baik. Ia merupakan proses menjadi pribadi yang bijaksana. Apalagi, perjalanan menuju Dzat Yang Maha Bijaksana mensyaratkan pejalannya menjadi pribadi bijaksana. Sebagaimana cita-cita menghadap Dzat Yang Maha Suci, yang mensyaratkan pelakunya mensucikan diri sebagaimana yang Dia gariskan.
Contoh nyata pribadi yang bijaksana ini adalah sebagaimana yang difatwakan Imam Ali. “orang yang bijak adalah yang dapat mengambil hikmah dari nasehat sesamanya”. Orang yang bijak itu mampu menangkap hikmah atau nilai kebenaran dari manapun asalnya, tanpa melihat siapa penyampainya.
Sementara kenyataannya, kita belum mampu menangkap pesan hikmah yang mengada pada sesama. Masih mudah terjebak oleh ego, nafsu, maupun berbagai pe-rumangsa-an. Terkungkung merasa cukup atas pemahaman dan pengalaman. Ibarat seekor katak yang terperangkap dibawah tempurung kelapa (bathok). Seberapa pun jauh meloncat, tetap saja dibawah tempurung yang menutupnya. Tak akan pernah bebas merdeka menjelajah dunia luas di sekitarnya, dimana terkandung samudra hikmah yang maha luas.
Oleh karenanya, kita harus berani menyibak tempurung yang menghijab akal pikiran. Yang bentuknya adalah merasa cukup, merasa pengalaman, merasa lebih dulu, maupun merasa lebih-lebih lainnya. Kita harus punya keberanian membuka hijab tersebut dengan mengakui secara kesatria khotho’ wa nisyan. Mengakui diri al-faqir yang tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Sehingga siap melahap hikmah kebenaran dari manapun asalnya. Tanpa membeda-bedakan penyampainya. Memenuhi perintah Nabi SAW, undhur ma qaala walaa tandur man qaala.
Sebagaimana wasiat Imam Ali: ambillah hikmah itu dimana pun ia berada, sekalipun berada di dalam hati orang munafik. Namun ia akan gelisah dan takkan berdiam diri sampai berhasil keluar dan bergabung dengan kawan-kawannya di dalam dada si Mukmin.
Hikmah kebenaran itu dimanapun ada dan bisa diambil. Pada orang munafik bisa. Apalagi pada kaum cerdik cendekia, tentu sangat bisa. Pada binatang pun juga bisa diambil hikmahnya. Tergantung kearifan dan kecerdasan kita dalam membaca, mencermati, dan kemudian memulungnya.
Bilamana hikmah itu berada di hati orang munafik, maka ia akan berusaha keluar dengan sendirinya menyatu dengan hati orang mukmin. Melalui jalan yang disiapkan Tuhan sendiri. Kita yang hamba tidak akan tahu bagaimana proses dan metodenya.
Kita tidak boleh membeda-bedakan orang per orang. Kita harus terus belajar untuk menangkap hikmah. Kita harus terus belajar menjadi pribadi yang bijaksana. Tanpa berlatih menjadi jiwa yang bijak, seolah mustahil dapat menangkap pesan hikmah dari sesama, apalagi dari mereka yang non muslim.
Selamanya pula akan terjebak oleh tlikungan nafsu. Akibatnya, jiwa menjadi rapuh. Mudah terpedaya oleh berbagai jebakan nafsu dan emosi. Perintah Tuhan untuk menyeru pada sesama meniti jalan Tuhan dengan cara yang bijaksana menjadi tak tersentuh.
Sebuah kasus yang kurang mencerminkan nilai bijaksana dan perlu sentuhan khusus adalah perihal diskusi atau musyawarah. Secara leksikal, musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Tapi dalam prakteknya, sering dan mudah terjadi gesekan (perselisihan) akibat perbedaan pendapat.
Tidak jarang sebuah diskusi berakhir dengan adu jotos atau bahkan perang batu. Tidak jarang pula sebuah diskusi kurang mencerminkan makna mufakat. Terdominasi oleh pimpinan, menang-menangan, ataupun suara mayoritas. Suara yang lemah maupun minoritas menjadi tersisih. Padahal tidak menutup kemungkinan disana tersimpan nilai-nilai bijaksana.
Dalam hal ini, kita perlu mengapresiasi dengan bijak pendapat seorang tokoh pemikiran lateral, Edward de Bono—muslim atau bukan bukanlah masalah. Ia berpendapat “sebuah diskusi seharusnya merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk menjajaki suatu subyek, dan bukan menjadi ajang pertempuran di antara ego-ego yang berkompetisi”.
Diskusi atau musyawarah itu identik dengan kesungguhan masing-masing menjajaki suatu subyek atau masalah dari segala kemungkinannya. Berbagai model dan jenis berpikir perlu diterapkan semaksimal mungkin. Semua pihak perlu dilibatkan dan berperan aktif menjajaki subyek masalah berdasar sudut pandang, pengalaman, dan pemikiran masing-masing. Karenanya, kompetisi ego harus dibuang jauh.
Pandangan tersebut jelas sejalan dan mendukung hakekat musyawarah. Bahwa musyawarah adalah pengakuan nyata kebenaran itu milik Tuhan, bukan milik perseorangan. Musyawarah adalah sebuah medan jihadunnafsi. Musyawarah adalah bentuk latihan yang paling baik ngrumangsani al-fakir. Musyawarah dilakukan untuk menghasilkan keputusan yang benar-benar valid. Musyawarah sebagai sarana menggapai kebersamaan, kekompakan, dan keadilan bersama. Serta, musyawarah sebagai upaya hemat energi dan meminimalkan resiko.
Menjadi pribadi yang bijaksana adalah niscaya. Bagaimana pun keadaannya, perlu dicoba memulainya. Pandai dan cerdas bukan otomatis menjadi bijaksana. Ia bukan sebuah ukuran. Tetapi dengan bijaksana, menjadi mudah menuju pandai dan cerdas.
Mumpung masih diberi kesempatan, merugilah bila melewatkannya. Belajar, dan terus belajar sepanjang hayat masih dikandung badan. Dengan satu-satunya permohonan, kita tetap dimaukan menjalankan perintah-Nya. Dimaukan berseru kepada sesama dengan penuh hikmah dan bijaksana, walau hanya satu kata. Semoga.
pencarian:
,belajar bijaksanaComments
9 Responses to “BELAJAR BIJAKSANA”
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.
Artikel bagus mas, sangat menggugah buat saya, masyarakat, kelompok, golongan, partai … yang selalu mengandalkan benarnya sendiri, pendapatnya sendiri,
[Reply]
web. Bangkalan ust. Roni
[Reply]
Yesterday, while I was at work, my cousin stole my apple ipad and tested to see if it can survive a forty foot drop, just so she can be a youtube sensation. My apple ipad is now broken and she has 83 views. I know this is entirely off topic but I had to share it with someone!
[Reply]
I constantly spent my half an hour to read this website’s posts every
day along with a cup of coffee.
[Reply]
I am sure this paragraph has touched all the internet visitors, its really really fastidious post on building up
new website.
[Reply]
Hey there! I know this is somewhat off-topic however I needed to ask.
Does operating a well-established website such as yours take a
large amount of work? I am completely new to blogging however I do write in my journal everyday.
I’d like to start a blog so I will be able to share my own experience and
views online. Please let me know if you have any recommendations or tips for brand new
aspiring bloggers. Appreciate it!
[Reply]
It’s in point of fact a nice and useful piece of information. I am glad that you simply shared this useful
information with us. Please keep us informed like this.
Thanks for sharing.
[Reply]
My family members always say that I am wasting my time here at net, however I know
I am getting familiarity all the time by reading such nice articles or reviews.
[Reply]
Terrific post but I was wondering if you could write a litte more on this subject?
I’d be very thankful if you could elaborate a little bit more.
Many thanks!
[Reply]