BENARKAH KITA MENZALIMI DIRI?

Posted By on June 8, 2024

Filosofi lima jari menyatakan ketika satu jari menunjuk orang lain, pada saat yang sama keempat jari lain menunjuk diri sendiri. Filosofi ini bila ditransliterasi dalam alat (pelajaran) berpikir POL (pandangan orang lain), maka saat jari telunjuk menunjuk orang lain, saat itu juga sedang menzalimi diri.

Demikian pula fakta nyata perihal kebisaan kita. Bisa membaca menulis, bisa bekerja, bisa menghidupi mencukupi kebutuhan keluarga, bisa mendidik dan interaksi dg orang lain, …dst-dsb, maka kebisaan yang (cenderung) diaku, dirumangsani bisa kita kuat kita, adalah menzalimi diri. Sebab menabrak ayat : Sesungguhnya bukan kamu yang melempar ketika kamu yang melempar, tetapi Allah lah yang melempar (al Anfal 17).

Namun naifnya, ketika benar-benar dituduh mendzalimi diri, akal nalar rasional (seolah) tidak bisa menerima. Sebab faktanya, semua kebisaan kita memang karena usaha kita, jerih payah belajar bekerja kita. Mengapa serangkaian usaha dan kerja keras itu dituduh menzalimi diri?

Sementara fakta lainnya, banyak ayat yang menonjok mengingatkan kita, bahwa kita manusia itu terjebak terjajah dalam situasi posisi menzalimi diri.
Misalnya, al Kahfi 39 : laa quwwata illaa billaah. Tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Demikian pula Baqarah 1, maupun puluhan ayat mutasyabihat lainnya, manusia tidak mau mencari kandungan makna yang tersirat didalamnya. Cenderung “puas” mengikuti mereka yang (berani) menafsirkan hanya Tuhan sendiri yang tahu.

Padahal rasionalnya, namanya ayat suci itu untuk manusia. Tidak mungkin bila yang tahu maksud kandungannya hanya Tuhan sendiri. Tuhan mesti membuat alat/wakil yang menggelar mengurai mencerah semua ayat (kehendak)-Nya.

Sementara fakta nyatanya, makna yang tersirat bisa puluhan ratusan juz. Yaitu bila dibedah digelar oleh al Muthohharun, orang yang disucikan Tuhan sendiri. (https://ronijamal.com/kitab-suci-dimana-sucinya/)

Sebagaimana ayat laa yamassuhu illa al Muthohharun (al Waqi’ah 79), tidak akan dapat menyentuh kandungan makna didalamnya (al Quran), kecuali orang yang disucikan Tuhan sendiri.

Maka karenanya, tidak berusaha mencari tahu kandungan makna sesungguhnya, termasuk zaluman jahula. Puas bangga didalam ketidaktahuan, adalah zaluman jahula. Diberitahu, tapi akal nalarnya tidak mau membuka diri untuk merasionalkan masalahnya, juga zaluman jahula.

Hingga saking banyaknya situasi posisi zaluman jahula, sampai tidak bisa dihitung lagi jumlah kezaliman kebodohan yang ada dalam diri.

Sampai simpul akhirnya, ratusan ribuan situasi posisi zaluman jahula tersebut, adalah bagaikan butiran debu jawaban nyata mengapa saat masih berada di alam arwah (alam dzar, alam fitrah) dulu,
Tuhan memvonis semua fitrah manusia dengan gelar : innahu kana zaluman jahula (al Ahzab 72).

Sekaligus merupakan PR dan tantangan abadi akal nalar yang rasional dalam menjalani tugas fungsi sebagai al Mizan.

___150524–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.