FENOMENA JAMAAH SUBUH

Posted By on January 24, 2015

Telah dipahami dan dirasakan sendiri bahwa tertib melaksanakan sholat Subuh dengan berjamaah adalah perkara yang berat. Walaupun sholatnya paling sedikit jumlah rekaatnya, “hanya” dua rekaat saja. Tapi “mungkin jadi”, bisa lebih banyak dan lebih berat dari dua puluh tujuh rekaat. Pertanyaannya, mengapa jamaah Subuh itu justru menjadi berat? Alasan klasik dan sederhananya adalah :
1. Karena ketiduran (keblandang/kebablasan).
2. Karena terbuai/terlena/ternikmat oleh mimpi yg indah.

Namun demikian, pengalaman-pengalaman lain yang tidak kalah serunya, diantaranya:
– Karena kedinginan, otomatis menguatkan cakupan selimut.
– Karena kasur dan selimutnya gak mau ditinggal.
– Masih terasa ngantuk, matanya dembleng susah dibuka. Kadang hatinya pengin bangun tapi jasadnya tidak mau diajak bangun.
– Karena terlalu nikmatnya tidur, sehingga buat bangun terasa sulit (males).
– Karena selimut tetangga lebih hangat.
– Gravitasi kasur dan bantal sangat kuat.
– Karena baru saja mapan tidur.
– Karena angan-angan saat tidur kemana–mana.
– Karena badan terasa capek dan susah untuk membuka mata.
– Karena setelah dengar alarm malah di matiin, 95% sadar yang 5% nglindur.
– Karena melihat teman masih tidur, jadi nular pengin bobok lagi.
– Karena bantalnya sudah memberi guna-guna.
– Badan rasanya kayak digepuki wong sak deso.
– Babynya malah bangun pada waktu-waktu subuh.
– Kurang kesadaran dalam dasar hati.
– Ringkihnya derajat, terkuasai nafsu, hingga tak sadar bahwa “sak jek dumblek” (selamanya) si nafsu itu memang tidak butuh ketemu Tuhan.

Lain daripada itu, pengalaman lain yang mungkin kurang terdengar atau kurang terperhatikan secara seksama mengapa jamaah Subuh itu berat :
– Sedang dikekep (dikeloni erat) oleh syiton/iblis. Sebab mereka sama sekali tidak rela bila si manusia itu menjalankan perintah Tuhan dan utusan-Nya.
– Kecerdasan batin/jiwa yang lemah, yang kadang (bahkan sering) kurang menyadari akan potensi jiwanya yang lemah.
– Tempaan “Disiplin Jamaah Subuh” masa lalu (masa muda)-nya yang lemah atau “kurang keras”. Disadari atau tidak, etos kerja ataupun etos pikir saat ini akibat pendidikan masa lalu.

Sudut pandang sufistik lain lagi mengapa jamaah subuh itu sangat berat.
– Yang dikatakan nafsu adalah wujudnya raga/jasad. Dzatnya membantah kepada Tuhannya (yamna`u minallah). Sifatnya sama sekali tidak mengerti pada kehendak Tuhannya (laa ya’rifullah). Tidak mau tahu kersane Gusti. Dan af’alnya (perbuatannya) selalu mengajak pada kejelekan dan kejahatan (yajri ilassyu’), yaitu segala perkara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan utusan-Nya. Karena itu, yaa nafsu ini, jiwa raga ini yang harus diperangi siang malam. Jihadul akbar.
– Nafsu (yaa raga ini) adalah kendaraan jatidiri (fitrah) manusianya pulang kembali kepada asal-Nya. Tanpa mengendarai raga, (semisal memaksa diri tertib berjamaah Subuh) perjalanan fitrah/arwah kita bisanya pulang selamat kepada-Nya butuh waktu 3000 tahun. Sementara umur manusia tidak mencapai selama itu. Karena itu, jatah waktu yang “hanya” < 100 tahun ini perlu diberdaya digunakan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebab ngunduhnya disisi Tuhan > bilyunan tahun, bahkan tak hingga lamanya…..astaghfiiiiirr.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.