HAKEKAT ZAKAT?
Posted By Roni Djamaloeddin on May 21, 2021
Zakat secara istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).
Zakat dari segi bahasa berarti ‘bersih’, ‘suci’, ‘subur’, ‘berkat’ dan ‘berkembang’.
Sehingga zakat bisa dimaknai mengeluarkan sebagian harta dg harapan membersihkan mensucikan harta yang dimiliki, sekaligus juga membersihkan pemiliknya dari “kotoran”.
Secara hakekat, zakat adalah mengeluarkan harta dalam rangka belajar tidak mengaku miliknya. Belajar menyadari bahwa harta yang dimiliki hakekatnya adalah milik Tuhan.
Istilah lainnya, hakekat zakat adalah belajar nyemplung (menyelam) kalimat : innashsholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil’alamin.
Jadi penekanan secara hakekatnya adalah tidak ngaku. Tidak merasa punya. Tidak merasa memiliki. Sedang yang sejatinya memiliki adalah Tuhan semata. Manusia hanya katitipan. Namun faktanya, dititipi tapi malah diaku menjadi miliknya.
Mengapa ada merasa memiliki?
Disitulah yang dikatakan nafsu itu. Semua manusia dibekali nafsu sebagai kendaraan pulang. Karenanya, sejak lahir yang tumbuh adalah nafsunya. Wujud nafsu adalah jasad. Kemudian nafsu tersebut default dalam dada. Rasa memilikinya kemudian menjadi darah daging dan nafasnya.
Karenanya, selama ada jasad, selama itu pula ada nafsu. Dipinjami dilengkapi dengan jasad (nafsu), agar dijadikan kendaraan pulang pada Tuhan. Agar dijadikan sarana mancat mulih ke akherat.
Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya. Kendaraannya justru nunggangi manusianya. Nafsunya menguasai menjajah memperbudak fitrah manusianya.
Faktanya, harta pinjaman diaku miliknya. Kekuatannya, ide gagasannya, daya nalarnya, diaku miliknya pula. Bahkan yang kelewat srakah, milik orang lain pun maunya diaku miliknya.
Oleh karena itu, zakat mesti disadari sebagai latihan mengembalikan (ngulihke) akon-akon miliknya. Belajar sadar sepenuhnya bahwa semua barang yang dipunya adalah milik Tuhan.
Sehingga rasa memiliki handarbeni dan kantil dunianya menjadi sirna. Yang ada tinggal sak dermo memakai, merawat, ngopeni, dan sak dermo nderek Guru.
Bisakah sesederhana demikian?
Modalnya adalah memahami dan menjalani perintah : uthlubul ‘ilma minal mahdi ilallahdi. Belajar mencari menggunakan menyelami ilmu Jati Diri (mengenalkan fitrah diri, menunjukkan jalannya mati, mengenalkan pasti akherat itu apa bagaimana) semenjak ayunan hingga nafas terakhir.
Bilamana demikian, maka menjadi urusan Tuhan yang akan mencerdaskan memapankan batin hamba, sadar yakin akan hakekat fungsi zakat. Sehingga hidupnya dijadikan sarana belajar pasti silem (nyemplung) lautan wamahyaya wamamati lillahi Rabbil’alamin.
_____180521–belajar share dan nyemplung hakekat zakat, dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Kyai Tanjung).
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.