HATI YANG ISLAM

Posted By on May 19, 2020

Hati yang Islam adalah hati nurani (bukan hati sanubari) yang secara khos telah diislamkan. Adalah hati yang telah selamat. Adalah hati yang berjalan di atas relnya, yaitu berjalan di atas tarekat.
Yaitu hati yang berjalan pada fungsi dasar utamanya : dzikrullah.

Hati bisa mencapai selamat, karena secara khos telah digurukan atau disekolahkan atau disorogkan. Yaitu dengan diberi ilmu dzikir. Sehingga siang malam dalam beraktifitas apapun, dibelajari secara paksa selalu bersamaan dengan dzikir. Hingga bisa kelet dalam dzikir.

Tentu saja bisa kelet dalam dzikir, memutlakkan diri dalam jihadulakbar memerangi hawa nafsu. Nafsu gengsi, nafsu emosi, nafsu tersinggung, nafsu marah, nafsu sahwat, nafsu iri drengki meri, nafsu hura-hura, nafsu gemampang sembrono, …dst-dsb.

Sehingga implikasinya, hati yang Islam (hati nurani yang selamat), tidak kenal lagi namanya tersinggung ketika dikritik masukan. Keletnya dalam dzikir hingga tidak kenal lagi istilah marah emosi frustasi senang bangga marem.

Hasil jihadul akbarnya digambarkan oleh Nabi Saw : tidurlah mataku tapi jangan tidur hatiku. Walau jasad tertidur, tapi hati nurani tetap dalam dzikir…. hem hem hem (dzikirnya Werkudara).

Nabi dihina dengan kalimat edan sinthing gila tidak waras, tidak nyenggol (tidak mempan) di hati Beliau. Sebab hati nurani Beliau sudah penuh dalam dzikir.

Sulitnya ekonomi, kerasnya watak dan kehidupan masyarakat Arab waktu itu, juga tidak menggoyahkan hati Beliau dalam istikomah di dzikir.

Jiwa dan pribadi Beliau yang demikian sempurna, karena jihadul akbar Beliau sangat luar biasa. Patuh dan tunduknya Beliau dihadapan Guru Beliau (yang memberikan ilmu dzikir), bagaikan mayat yang pasrah bongkokan dihadapan yang memandikan/mensucikan (kalmayyiti bayna yadi al-ghasili).

Jadi, hati yang Islam adalah hati yang telah masuk pada dimensi tarekat. Telah berjalan diatas relnya: maqam dalam ilmu (isinya) dzikir.

Semoga, menjelang berakhirnya Ramadhan 2020 ini, Tuhan kerso nggeret (menarik) hati nuraniku, berada mapan dimapankan dalam “dimensi tarekat”…. Ammin.

_____200520–tafakkur subhi dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.