ILMU PALING UTAMA?

Posted By on September 20, 2023

Disadari atau tidak, memilih menentukan ilmu yang paling utama dalam hidup ini, faktor utama sangat dipengaruhi orang tua. Sebab, sebagaimana dalil kelahiran, “kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani”. Sehingga implikasinya, ketika memilih ilmu paling utama yang hendak dibelajari, terpengaruhi agama tuntunan orang tua.

Namun ketika telah dewasa, menuju tua, dimungkinkan berani menentukan pilihannya sendiri. Berani memilih beda dari tuntunan orang tuanya. Berani nekat mengambil sikap yang mungkin berseberangan paham.

Faktor kedua adalah pengalaman orang tua. Disadari atau tidak, pengalaman orang tua memilih menjalani profesi keseharian, sebagian akan diwarisi anak. Kemudian menginspirasi dalam menentukan ilmu apa yang paling utama, yang akan diperdalam.

Faktanya, kita sebagai anak, sering mencontoh menjalani pengalaman orang tua. Orang tua yang pedagang, maka sifat berdagang sedikit banyak akan diwarisi dilanjutkan anak-anaknya. Maka menginspirasi pemahaman si anak bahwa ilmu berdaganglah ilmu yang paling utama.

Faktor ketiga adalah relasi atau teman dekat atau publik figur. Adalah ketika seseorang belum menemukan jati dirinya, maka sangat mudah terpengaruh oleh relasi atau teman dekat atau publik figur yang diidolakan. Maka implikasinya akan berpengaruh besar dalam menentukan ilmu paling utama yang hendak dibelajari.

Faktor keempat adalah kemampuan mengeksplorasi akal penalaran. Kemampuan ekplorasi ini ditentukan oleh ketersediaan memori pengalaman yang ada, serta kesiapan membuka diri. Orang yang merasa cukup atas pemahaman pengalaman yang sudah diterima, maka cenderung menutup diri. Maka dengan sendirinya menutup menolak pemahaman baru yang belum pernah diterima.

Misalnya, ketika diberi informasi hati itu perlu diislamkan, roh juga perlu diislamkan. Maka ketika bersedia dan siap membuka diri, akan bertanya apa bagaimana caranya, dst-dsb. (https://ronijamal.com/islam-kaaffah/)

Namun ketika menutup diri, karena memang belum pernah menerima informasi seputar islamnya hati dan islamnya roh, maka segera meninggalkan dan menolaknya. Atau bahkan mencapnya paham tidak benar. Alias ajaran sesat.

Faktor kelima adalah kemauan kemampuan menjelajah langit. Kemampuan ini fondasinya adalah meyakini membenarkan pepatah di atas langit masih ada langit. Sebagaimana tersurat dalam QS Yusuf 76 : “dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui”.

Setelah fondasinya kokoh, maka dengan sendirinya akan mencari ilmu paling utama dengan menjelajah jagad yang tidak sebatas negeri china, tapi hingga di atas langit. (https://ronijamal.com/di-atas-langit/)

Disana akan menemukan ilmu yang menetes dan dijaga langsung oleh Tuhan. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan ilmu dzikir, dan Kami pula yang menjaganya” (al Hijr 9). Dimana aplikasi dalam menurunkan dan menjaganya adalah melalui kabelnya Tuhan, yang menjulur dari langit ke bumi manusia. (https://ronijamal.com/talinya-tuhan/)

Disana akan terbuktikan dengan sendirinya bila mengenal jati diri manusianya, maka akan mengenal Jati Diri Dzat/Wujud/Cahaya Tuhan. Setelah mengenal Jati Diri Tuhannya, dengan sendirinya mengenal memahami dan merasakan bodohnya diri. Tidak ada apa-apanya diri. Bahkan dzaluman jahula, khotho’ wanisyan. (https://ronijamal.com/jati-diri-itu-apa/)

Disana akan terealisasi secara otomatis perintah muutu qabla antamutu, belajarlah mati sebelum mati yang sesungguhnya terjadi. Sebab belajar mati itu mesti dengan pada guru pembimbing. Yang tidak lain adalah kabel/talinya Tuhan yang menjulur langsung dari langit ke bumi. (https://ronijamal.com/seri-soal-solusi-mati-sebelum-mati/)

Disana akan menemukan sangat banyak rahasia-rahasia langit yang tidak tertulis dalam kitab. Rahasia akherat yang mengada di balik wujud dunia. Bahwa akherat itu bukan kehidupan nanti, tapi sekarang ini. Dibalik alam fana (gebyar dunia) sekarang. (https://ronijamal.com/tuhan-ada-dimana/)

Jadi, dalam pengalaman kami, ilmu yang paling utama itu adalah ilmu mengenal Dzat/Wujud/Cahaya Tuhan. Setelah mata hati mengenal, kemudian memproses diri mentarget diri bertemu (mulih) pada Ilahi Robbi. Memraktekkan ilaihi rojiun secara pasti dan nyata. Bukan duga kira prasangka dan terhenti harapan semoga. Tapi fakta nyata yang mulai dicicipi dirasakan dari sekarang.

___080923–belajar share olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.