JANGAN MATI !!
Posted By Roni Djamaloeddin on April 2, 2020
“Dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan mati selamat” (QS.2:102).
Perintah sangat keras ini biasanya diaplikasikan dg sembarangan. Atau ditangkap biasa-biasa saja. Atau dianggap angin lalu. Bahkan dipraduga dg yakinnya, bila mati nanti mesti masuk akherat–dan cemplung surga. Sangat-sangat memprihatinkan bin mengenaskan !
Perintah tersebut dapat dianalogikan dalam bentuk yang sederhana “jangan sekali-kali masuk hutan belantara kecuali membawa bekal yg menyelamatkan”.
Bekal yang diantaranya : peralatan yg cukup, ilmu kehutanbelantaraan yg memadai, pemahaman peta, perlengkapan akomodasi, perlengkapan komunikasi, pemahaman (pengetahuan) darurat makan, perlengkapan obat-obatan, bekal ilmu ngalas, ilmu menaklukkan binatang buas, …dst-dsb.
Analisanya, ketika masuk hutan belantara tanpa bekal itu semua, maka sama halnya menantang mati konyol. Sama halnya menjerumuskan diri pulang tinggal nama, karena sangat besar ganasnya bahaya didalamnya.
Demikian halnya perintah yang sekaligus larangan “jangan mati!”, tentunya ada bahaya bencana maha luarbiasa didalamnya, bila tidak dipersiapkan secara sempurna segala sesuatunya. Pastinya ada aturan super khos yang mendasarinya. Diantaranya : akomodasi, perlengkapan khusus, syareat khusus, lakon pitukon, ilmu mati, Guru yg hak dan sah (disisi Tuhan), serta masih banyak aturan/perilaku khusus yg langsung dari tutur “Guru mati”.
Tanpa itu semua, mustahil kiranya Nabi Saw dawuh : muutu qabla anta mutu. Belajarlah mati sebelum mati yg sesungguhnya terjadi. Yang dalam bahasa lainnya, belajarlah manunggal (menyatu) dengan Gusti. Belajarlah ma’rifatullah.
Rasionalnya, adanya perintah tersebut mengisyaratkan bila yang memberi perintah telah otomatis tahu pasti perihal yang diperintahkan. Atau bisa disebut ahlinya ngelmu mati. Maka tidak salah bila Nabi Saw adalah gurunya ilmu mati.
Dengan demikian, hipotesisnya :
- Jangan sampai kita yang mengaku umat Nabi, keduluan mati sebelum belajar ngelmu pati pada ahlinya mati (yg telah dipersiapkan Tuhan di setiap zaman).
- Senyampang nyawa masih dikandung badan, maka secepatnya utk mencari hingga ketemu pelanjut risalah kenabian/kerasulan Nabi Saw, yang dalam hadisnya disebut khulafaurrasyidin al mahdiyyin (Imam Mahdi), yang mengadanya hingga kiyamat.
- Jangan mati sebelum belajar mati.
- Samakah antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?, adalah sindiran halus bagi orang-orang yang berakal bernalar.
- Nasibku yaa nasibku, nasibmu yaa nasibmu. Masing-masing diri yang bisa mengubahnya. Sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.
______141118–belajar sadermo share pemahaman pengalaman dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).
Sedang mati yang selamat (muutu muslimun), atau mati dalam keadaan Islam, atau boleh disebut mati yg sempurna, menurut petunjuk Guru al Wasilata (Imam Mubin, Imam Zaman, Khulafaurrasyidin al Mahdiyyin/Imam Mahdi) adalah :
1. Beragamanya (maupun kehidupan berdunianya) telah memenuhi “fissilmi kaaffah”. Selamat secara keseluruhan (struktural jiwaraga).
- Selamat lahir/jiwa raganya.
- Selamat hatinuraninya.
- Selamat rohnya.
- Selamat rasanya (sirr-nya).
2. Sedang indikator mati yang selamat, mati yg fitrah manusianya masuk akherat, (bukan pindah ke alam penasaran, alam kesesatan) adalah :
- Jasad busuk, asal dari tanah kembali ke tanah.
- Hati ngadam, hati tidak ada yang diingat-ingat lagi. Tidak ingat dunia sama sekali. Hanya ingat isinya (ilmu) dzikir.
- Roh sirna, sirna/kembali ke alamnya Tuhan. Segala daya kuat dari Tuhan, sirna / kembali ke asalnya.
- Rasa pulang (mulih) ke asalnya, fitrah manusia yg menyatu lagi dg Dzat Yang Maha Fitrah. Wujuhun yaumaidzin nadziroh, ila Rabbiha nadziroh. Wajah (fitrah manusia)-nya berseri-seri bahagia, menatap Wajah-NYA.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.