JAWA
Posted By Roni Djamaloeddin on August 16, 2020
Wasiat leluhur, Jawa merupakan akronim dari kata JA= nyeJA, WA=nyaWA.
Jadi JAWA = nyeJA ngaweruhi nyaWAnya sendiri. Menyengaja (berusaha sungguh-sungguh) utk mengetahui keberadaan nyawa (ruh)-nya sendiri.
Si pemilik nyawa, bisa ngaweruhi (mengetahui) nyawanya sendiri bila mau/bersedia patuh sujud seperti halnya patuh sujudnya para malaikat dihadapan khalifah-Nya.
Malaikat saja patuh tunduk dan sujud atas ketentuan inni ja’ilun fil-ardhi khalifah–yg merupakan kalimat abadi makna dan praktisnya. Karena itu menjadi aneh bin lucu bila manusia tdk mau berlaku seperti makhluk-Nya yg mulia itu.
Karenanya, menjadi tidak heran bila orang JAWA dikatakan “ora njawa” begitu menjadi tersinggung. Tersinggung karena belum tahu nyawanya sendiri. Tersinggung marah emosi karena belum dituduhke (belum diberitahukan) keberadaan ruh yang menghidupi jiwa raganya.
Bilamana sudah tahu, tentu akan berusaha slulup (silem) pada ungkapan makna “laa haula walaa quwwata..”.
Sehingga tidak ada lagi kata emosi, tersinggung binti marah besar bila dikatai “manusia ora njawa”.
________spirit Selasa pagi 04102016–dalam nderek nyengkuyung belo nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.