KAMU SIAPA?
Posted By Roni Djamaloeddin on March 29, 2020
“Dan ketahuilah olehmu bahwa dikalanganmu ada Rasulullah” (Al Hujurat 7).
“Dan Rasul (utusan)-Nya pun berada ditengah-tengah kamu” (Ali Imron 101).
Masalahnya, kamu yg dimaksud kamu siapa?
Bila kamu yang dimaksud adalah umat manusia tahun 620 M, yang melihat secara telanjang keberadaan Nabi Saw, maka ayat itu sangat benar. Ditengah-tangah kamu ada Rasul-Nya, yaitu Nabi Saw.
Namun bila kamu yang dimaksud adalah umat manusia th 2018 M, begitupun tahun2 selanjutnya, maka sekarang ini pun–hingga sampai kiyamat nanti–ditengah-tengah kamu (kita) ada Rasul-Nya.
Tapi faktanya, jumbuh atau berlawanan jauh sekali. Kedua ayat tersebut diberangus oleh pemaknaan sepihak :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi, dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab 33:40).
Khotamun nabi yang dimaknai penutup para Nabi, disamakan maknanya dengan khotamun rasul. Sehingga risalah kerasulan dipersepsi telah berakhir seiring wafatnya Nabi Saw.
Kedua ayat di muka (juga puluhan ayat senada lainnya) dinyatakan tidak berfungsi. Tidak berlaku hingga sekarang. Pemaknaan yg sepotong-potong. Bila cocok digunakan, bila tidak cocok dilewati atau dibuang.
Implikasinya, Quran pun, tanpa disadari telah diberakhiri masa fungsinya.
Namun demikian, biarlah mereka memaknai begitu. Itu hak mereka.
Haknya kaum nasrani bila tdk mengakui kerasulan Nabi Saw.
Haknya kaum muslimin bila tidak mengakui ditengah-tengah kita ada Rasul-Nya.
Dan haknya sebagian kuuecil kaum muslimin lainnya yg meyakini ditengah-tengah kita ada Rasul-Nya.
Rasionalnya, pangandikan Tuhan (perkataan Tuhan atau firman-firmanNya) tak terhingga juz banyaknya. Andai seluruh lautan dijadikan tinta utk menuliskannya, tidak akan pernah cukup.
Dan itu sangat-sangat-sangat benar sekali. Bukan retorika atau pikiran kosong belaka. Yaitu bagi yg meyakini ditengah-tengah kita ada Rasul-Nya. Telah bertemu langsung dengan Wakil-Nya (Khalifah-Nya). Juga telah meguru langsung pada Guru al Wasilata-Nya (Imamu Mubin, an Nadzir, al Mundzir, Ahladz Dzikir, Imam Zaman, Imam Mahdi,… dlsb).
Mereka benar-benar hakkul yakin bahwa ayat-ayatNya tak hingga juz banyaknya. Ayat mutasyabihat yg dimaknai hanya Tuhan sendiri yang tahu, bisa diurai tuntas oleh Wakil-Nya (Khalifah-Nya, Rasul-Nya). Yang tersurat 30 juz, bisa diurai diterjemah dibabar hingga jutaan juz.
Namun akhirnya, kembali pada manusianya masing-masing.
Mau beriman, berimanlah.
Mau kafir, kafirlah (Kahfi 29).
_____230818–sak dermo share pemahaman pengalaman dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.