MANUSIA ITU ADA ATAU TIDAK?

Posted By on September 8, 2022

Manusia itu ada atau tidak, pemahaman pengalaman kami, tergantung sudut pandangnya. Bila sudut pandangnya dari manusia, maka manusia itu ada. Buktinya, ketika lapar dahaga tidak makan minum, maka tetap lapar dahaga. Bahkan bisa sakit, hingga berujung kematian.

Demikian pula ketika dipukul merasakan sakit, menandakan bila dirinya ada. Dipaido dihina dilecehkan merasa tersinggung dan marah, menandakan bila dirinya merasa ada. Serta masih buanyak fakta lain yang menyatakan bahwa manusia itu ada.

Namun bila sudut pandangnya dari Tuhan, maka manusia itu tidak ada, fanak. Kullu man ‘alaiha faanin (QS.55:26). Semua yang ada di bumi itu fanak (tidak ada).

Dinampakkan ada dalam pandangan manusia adalah sebagai ujian. Ujian dalam rangka menuju mulih (manunggal, menyatu) kembali kepada Tuhan, seperti ketika masih di alam dzar (alam arwah, alam fitrah). (https://ronijamal.com/mengapa-mesti-diuji/)

Fakta lain bahwa manusia itu fanak dihadapan Tuhan, sebagaimana tersurat : Fithatallaahillatii fatharan-naasa ‘alaihaa (QS.30:30). Fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia menurut Fitrah Allah sendiri.

Andai dianalogikan dalam bentuk sederhana, fitrah manusia ibarat setetes air samudra yang terbungkus seonggok daging. Sedang Dzat Yang Maha Fitrah adalah air samudra luas. Karenanya setetes air samudra itu asalnya fanak (tidak ada). Yang Ada hanya Tuhan sendiri.

Masalahnya, mengapa manusia itu mempersepsi dirinya ada?

Disitulah yang disebut ujian itu. Disitulah nafsu yang harus dijinakkan dan dikendarai itu. Disitulah konsekuensi telah berani menerima amanah, yang langit bumi gunung saja tidak sanggup menerima.

Oleh karenanya, bila bercita lulus menyatu kembali disisi Tuhan, maka mesti belajar menafikan wujud dirinya (juga wujud dunia seisinya). Sebab faktanya, jiwa raganya terlanjur paten dirumangsani wujudnya. Mengitsbatkan Dzat Yang Sejatinya Wujud. Mengaplikasi makna kalimat tauhid (nafi itsbat) dalam mengelola garapan dunia.

Jadi simpulnya, kita ini wujud atau tidak tergantung pemahaman pengalamannya masing². Mau merasa wujud, boleh-boleh saja, disilakan. Mau belajar menafikan wujudnya, tentu lebih baik dari pada berhenti pada puas bangga atas pemahaman pengalaman yang dimiliki. Lebih mulia lagi bila tafakkur mendalam, mencermati hingga mau ngrumangsani (mau merasai) dengan pasti dzalumannya diri, serta khotho’ wanisyannya jiwa.

___050922–belajar share, olah nalar olah roh dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.