MENDIDIK SIFAT BURUK?

Posted By on June 2, 2022

Disadari atau tidak, semua manusia punya sifat buruk. Iri, dengki, emosi, marah, tersinggung, …dlsb. Kita semua, punya sifat buruk itu.

Introspeksinya, darimana datangnya sifat buruk tersebut, padahal ketentuan menyatakan : Kullu mauludin yuladu alal fitrah. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Olah nalar dan olah rasa kami, di balik kelahiran seorang anak yang masih fitrah (suci), sudah terkandung atau terpotensial beberapa hal.

Pertama, gen kromosom dan sifat orang tua telah mengalir dalam jiwa dan darah anaknya. Ini yang mendasari lahirnya pepatah : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat seorang anak tidak jauh beda dengan sifat orang tuanya.

Banyak orang tua maupun calon orang tua yang kurang menyadari energi sifat potensi ini. Sehingga tataran praktisnya, semisal orang tua yang suka pesta hura-hura, dan apalagi punya watak/sifat iri dengki, maka gen kromosom anaknya akan terwarisi sifat buruk tersebut.

Demikian pula ketika sejak dalam kandungan orang tua suka prihatin, banyak riyalat riyadoh mujahadah, baik perangainya, maka gen sifat prihatin tersebut akan mengalir pada jiwa si anak. Walau sifat potensial mulia tersebut tidak otomatis tumbuh subur dengan sendirinya, namun ada faktor eksternal yang sangat menentukan.

Kedua, faktor pendidikan orang tua (dan lingkungan). Ibarat kertas yang masih putih bersih, maka orang tualah yang akan menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Termasuk yang mempengaruhi tumbuh suburnya sifat iri dengki dan berbagai sifat buruk lainnya.

Ketiga, datangnya sifat buruk adalah “gawan bayi” (sifat bawaan sejak bayi) yang disandang setiap manusia. Tuhan membekali alat/sarana yang menempel pada fitrah manusia dengan tujuh macam nafsu. (https://ronijamal.com/tujuh-macam-nafsu/)
Tujuh nafsu yang terpilah menjadi dua : nafsu buruk/jahat dan nafsu baik/mulia. Tersemayam dalam dua hati : hati sanubari dan hati nurani.

Karena itu ditegaskan dalam Al Ahzab 4 bahwa “Tuhan sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya”. Maksud, dua hati dalam dada itu tidak akan berfungsi bersama. Bila sanubari yang berfungsi, maka nurani mati. Bila nurani yang berfungsi, maka sanubari yang mati.
(https://ronijamal.com/dua-hati/)

Kemudian untuk mendidik sifat buruk, yang merupakan gawan bayi (sifat bawaan sejak lahir), maka di antara solusinya adalah :

Pertama, potensi akal nalar rasional harus ditegakkan di depan. Baik tidak baik, buruk tidak buruk, sejatinya bisa dipegang rasionalnya. Namun biasanya, daya rasional kalah dengan daya ego emosi gengsi dan berbagai sifat buruk lainnya.

Kedua, untuk menundukkan watak/sifat buruk itu perlu dengan ilmu. Istilah lainnya, hati tempat bersemayamnya nafsu yang baik (hati nurani), perlu dicerdaskan. Perlu diberi ilmu agar tumbuh cerdas. Sehingga mampu melemahkan kridanya (kobarnya) hati sanubari. Sebagaimana otak, agar cerdas juga diberi ilmu (disekolahkan, didiklatkan, digurukan).

Ilmunya namanya ilmu hakekat. Ilmu sangkan paraning dumadi. Ilmunya Satriyo Piningit. Bisa disebut ilmu dzikir. Ilmu tujuh buah jalan. Ilmunya Imam Mahdi, Imam Zaman, ..dan berbagai macam istilah lainnya.
(https://ronijamal.com/7-buah-jalan/)

Ketiga, dengan bekal ilmu tersebut menjalani perang mahadahsyat dalam kehidupan ini. Yaitu perang melawan hawa nafsu. Jihadul akbar yang sesungguhnya, sepanjang nafas dikandung badan.

Keempat, memberlaku diri patuh tunduk dihadapan yang memberi ilmu. Patuh bagaikan malaikat yang sujud dihadapan Khalifah-NYA (Adam). Dalam bahasa sufisme disebut kalmayyiti bayna yadi al ghasili. Bagaikan mayat yang patuh tunduk dihadapan yang memandikan (mensucikan).

Itulah sedikit pengalaman pemahaman kami, dalam mendidik atau menundukkan sifat-sifat buruk yang ada dalam diri setiap manusia. Semoga bermanfaat, dan selalu mendapat syafaat rasulullah. Ammiin.

_____300522–belajar olah nalar, olah roh, olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.