MENGAIS SERAKAN HIKMAH RAMADHAN

Posted By on August 28, 2010

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh barokah dan ampunan Illahi. Didalamnya dibukakan segala pintu rohmat-Nya, kebaikan terkumpul, ketaatan akan diterima, doa-doa dikabulkan dan diampuni, serta surga pun merindukan mereka (al hadits).

Karenanya, teramat sayang tanpa peningkatan kualitas keimanan dan kesungguhan dalam beribadah. Baik ibadah yang mahdhoh maupun yang ghairu mahdhoh; seperti bekerja, belajar, meningkatkan pengetahuan-pemahaman-pengalaman berbagai macam ilmu-Nya, meningkatkan instrospeksi diri atas kekurangan dan kesalahan, dan lain sebagainya.

Tanpa diiringi peningkatan yang signifikan, tentu mengalami rugi besar di kemudian hari. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “Seandainya umatku tahu, yakni mengerti, apa yang terkandung dalam bulan ramadhan, maka mereka mengharapkan satu tahun itu menjadi bulan ramadhan semua”.

Sabda Nabi tersebut seolah “mustahil” diselami kandungan maknanya. Makna hikmahnya tergantung di langit yang tinggi. Digenggam sendiri oleh Tuhan. Sehingga yang mampu menyelaminya hanyalah yang ditahukan dan dipahamkan sendiri oleh Tuhan. Yakni insan pilihan-Nya, para kekasih-Nya.

Sebaliknya, akal pikiran manusia biasa tak mampu menjamahnya. Apalagi dapat merasakannya. Pikiran dan “roso pangroso” seolah tak berdaya dan sama sekali tak sanggup mencernanya. Jangankan satu tahun berpuasa, satu bulan saja sudah “klengkengan”. Jiwa raga serasa ingin berontak.

Hal demikian perlu disadari bahwa itu semua karena masih banyaknya kesalahan yang diperbuat. Masih sangat banyak endapan dosa yang belum terampuni. Masih sangat kurang kesungguhannya dalam ibadah kepada-Nya. Serta masih banyaknya sembrono, gemampang, dan kurang ngatingati. Sehingga ampunan-Nya belum turun.

Sebab, bila jiwa relatif “bersih”, tentu bisa merasakan hikmahnya ramadhan. Akan sangat berharap satu tahun itu menjadi ramadhan semua.

Contoh nyata yang paling mendekati adalah pengalaman para krew angkutan lebaran. Ketika tuslah mengalami kenaikan dan penumpangnya melimpah, mereka mendapat penghasilan yang berlipat ganda dari biasanya. Merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang luar biasa, yang tidak dijumpai pada hari-hari lain. Karena demikian senang dan bahagianya, mereka mendambakan dan bahkan sangat berharap satu tahun itu menjadi lebaran semua.

Demikian halnya dengan puasa ramadhan, sementara sangat jauh dari mengharap satu tahun ramadhan semua. Namun yang penting ada tekad dan kemauan yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam beribadah. Mencoba mengais serakan hikmah yang tersembunyi, yang sekiranya dapat dijadikan modal untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keimanan, dan keyakinan.

Serakan-serakan hikmah tersebut diantaranya, pertama, puasa ramadhan dapat menguatkan jiwa. Jiwa itu dapat menjadi kuat bila padanya diberikan berbagai macam latihan. Latihan menahan lapar dan dahaga, latihan memerangi hawa nafsu, latihan mengendalikannya, dan lain sebagainya. Sebab tanpa ada latihan yang serius, tidak mungkin jiwa bisa menjadi kuat. Keimanan dan keyakinan tidak akan menjadi tegar. Nafsu pun menjadi sulit bahkan “mustahil” mau patuh dan tunduk dijadikan tunggangan pulang kembali pada-Nya.

Kedua, puasa mendidik kemauan. Puasa mendidik pelakunya untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhadang berbagai kendala. Karena itu puasa menuntut tambahan ekstra kesabaran. Sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa “puasa itu setengah dari kesabaran“.

Ketiga, puasa menyehatkan badan. Dengan puasa, timbunan lemak yang ada dibawah kulit dengan sendirinya ikut terbakar. Karena itu tepatlah bila ramadhan adalah bulan pembakaran. Pembakaran terhadap nafsu dan pembakaran terhadap lemak.

Keempat, puasa mengenalkan nilai-nilai kenikmatan. Nikmatnya seteguk air baru bisa dirasakan kenikmatannya ketika badan sangat membutuhkan, sangat haus, atau berpuasa sebelumnya. Walaupun hanya seteguk, ia adalah nikmat Tuhan.

Kelima, puasa mengingatkan (merasakan) penderitaan orang lain yang sedang ditimpa kekurangan. Ketika merasakan lapar dan dahaga, disitulah ikut merasakan beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Lapar dahaga orang yang berpuasa kurang lebih hanya 13 jam-an, mulai imsak sampai maghrib. Namun mereka yang papacintraka, belum tentu mengetahui kapan penderitaan yang dialaminya harus berakhir.

Dari pengalaman ini akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas dan paseduluran sesama kaum muslim. Menumbuhkan semangat berkorban, dan semangat tulung tinulungan di dalam kefaqirannya. Oleh karenanya, sebagai simbol dari rasa kebersamaan itu, sebelum ramadhan berakhir, kaum muslim diwajibkan menunaikan zakat. Agar dengan demikian, persoalan-persoalan kaum yang menderita kekurangan setahap demi setahap terselesaikan. Kesejahteraannya terangkat menjadi lebih baik.

Keenam, puasa sebagai latihan belajar tak berdaya. Bila selama ini masih merasa bisa dan merasa berdaya, puasa melatih diri merasa tidak berdaya. Mengakui sepenuhnya bahwa segala kekuatan yang ada pada diri manusia, berasal dari Tuhan dan menjadi hak-Nya semata. Sebagaimana firman-Nya QS. Al Kahfi 39 : “…laa quwwata illa billah. Tidak ada daya kekuatan kecuali dari dan milik Tuhan semata.

Semua kekuatan adalah milik Tuhan. Termasuk didalamnya kekuatan berpuasa, kekuatan berpikir, kekuatan bernafas, kekuatan fisik, maupun berbagai bentuk kekuatan lainnya. Pembelajaran tak berdaya dari puasa, konkritnya, ketika tubuh kehabisan tenaga pada saat puasa, lemah tak berdaya, nglimpruk bagai sarung tak terpakai, pada saat itulah jiwa raga “dipaksa” membelajari diri mengakui sepenuhnya bahwa hamba itu sebenarnya tidak bisa apa-apa. Lemah tak berdaya. Yang kuat dan yang berdaya hanya Tuhan yang Maha Kuasa.

Keenam butiran serakan hikmah di atas hanyalah “teori” bila tanpa diikuti langkah pasti. Semua kembali pada masing-masing dalam mencermati, yang kemudian mengaisnya menjadi butiran-butiran hikmah yang penuh berkah. Wallahu a’lam.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

One Response to “MENGAIS SERAKAN HIKMAH RAMADHAN”

  1. Risqi says:

    alhamdulillah,,,,,,,,,,, Bulan ramadhan memang terasa sekali BULAN yg SUCI,,,,

    [Reply]

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.