MENJEMPUT HIDUP ABADI

Posted By on November 18, 2019

Yaa….hidup itu abadi. Bukannya mati habis perkara. Sedang yang mati adalah jasadnya. Chasing manusianya. Sebab ada batas kadaluwarsanya, namanya umur.

Dan hidup abadi itu perlu dengan amat sangat dijemput. Perlu dituju ditarget dipersiapkan secara sempurna. Karena tidak bisa datang dengan sendirinya. Tidak bisa dipersepsi otomatis keabadiannya.

Banyak yang mengatakan hidup pasti mati. Memang betul pasti mati. Tapi sebenarnya sangat disayangkan bila berprasangka demikian. Apalagi beranggapan bahwa kematian mengakhiri segala masalah yang diterima.

Persepsi demikian menandakan pikiran yang sempit cupet kaku beku. Sebab tidak mau dan tidak belajar hakekat kehidupan.

Bahwa hakekat manusianyalah yang abadi. Fitrahnya, yaa rasanya (sirr = unsur dasar manusia) itu yang abadi.
Hakekat jasad adalah kendaraan yang pasti rusak. Hakekat roh (Daya Kuat dan Daya Hidup dari Tuhan) adalah pinjaman yang mesti dikembalikan/disirnakan kepada Pemilik-Nya.

Karenanya, ketika jasadnya mati, manusianya (rasanya) tidak mati. Bahagia abadan abada disisi-NYA, atau sengsara nestapa menderita abadan abada di dalam murka-NYA.

Pepatah mengatakan hidup ini “mampir ngombe”, benar sekali. Mampir minum sebentar untuk bekal di alam keabadian. Minumlah “banyu perwito sari”. Atau minumlah air zam-zam yang diminum Nabi Saw saat Isro’ Mi’roj (makna ilmu, bukan wujud fisik).

Pitutur sesepuh pinisepuh menegaskan, “hidup ini uruk-uruk nasibe dewe-dewe” (hidup ini sarana membelajari nasibnya sendiri-sendiri). Karenanya, merasa cukup merasa puas atas pemahaman pengalaman yang telah diterima, sama artinya “membunuh” diri. Membunuh potensi kecerdasan ruhiyah (kecerdasan roh).

Sebab ilmu Tuhan itu tak hingga banyaknya. Karenanya, mencari ilmu sampai China (bahkan penjuru jagad, maupun lintas planet) adalah perintah. Mencari ilmu sampai di atas langit adalah perintah. Mencari ilmu muutu qabla an tamuutu adalah perintah.

Dalam rangka membelajari nasibnya sendiri-sendiri.
Dalam rangka mengubah nasib.
Dalam rangka ilaihi roji’una (mancat mulih ke akherat).
Dalam rangka MENJEMPUT HIDUP ABADI.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.