MENYELAMI MAKNA SYAWAL

Posted By on September 12, 2011

Syawal adalah bulan pasca ramadhan. Hari pertamanya ditandai dengan genderang Idul Fitri. Sesuatu hari dimana anak Adam menyatakan (dinyatakan) kembali kepada fitrah.

Syawal identik dengan halal bihalal. Saling membersihkan dan saling memaafkan dosa kesalahan sesama sanak saudara maupun teman dekat. Ia identik pula dengan reuni-reuni, baik reuni keluarga, reuni teman sekolah, maupun reuni-reuni lainnya.

Secara harfiah, Syawal maknanya adalah peningkatan. Adalah salah satu bulan yang menuntut pelaluinya meningkatkan kualitas kehidupannya. Meningkat kualitas ibadahnya, meningkat kualitas belajar dan bekerjanya, maupun meningkat kualitas kebaikan lainnya.

Hal demikian tentunya merupakan sebuah implikasi yang sangat logis. Sebab, setelah satu bulan lamanya di-”diklat” dengan puasa ramadhan, malam harinya memperbanyak sholat-sholat sunat, qiyamul lail, tadarus, belajar dan tafakkur, maupun ibadah-ibadah lainnya, maka peningkatan kualitas kebaikan dan kehidupan otomatis berlangsung dengan sendirinya.

Dari serangkaian peningkatan kualitas tersebut, bila direnungi dan ditafakuri secara mendalam, ditemukan sedikitnya lima hal yang perlu perhatian seksama. Pertama, tentang niatan menjalani berbagai aktifitas. Aktifitas apapun yang dijalani saat ini, mestinya, niatannya adalah karena Tuhan, untuk Tuhan, dan demi Tuhan. Semata-mata demi menjalankan perintah Tuhan dan utusan-Nya.

Contoh kecilnya adalah tentang niatan belajar. Bila bulan kemarin niatan belajarnya belum/bukan karena Tuhan, semisal demi meraih nilai tinggi dan prestasi, atau karena takut sangsi, atau takut tergusur peringkatnya, atau bahkan karena takut pada guru/orang tuanya, maka dibulan syawal ini perlu ditingkatkan kualitas niatannya. Niatan belajarnya adalah semata-mata karena menjalankan perintah Tuhan dan utusan-Nya. Bukan lagi karena hal-hal yang lain.

Demikian pula dalam bekerja dan beraktifitasnya. Bila bulan kemarin niatannya masih tercampur aduk, semisal demi mencukupi kebutuhan, atau karena gengsi harga diri, atau karena tuntutan profesionalisme, maka di bulan syawal ini ditingkatkan pula kualitas niatannya. Yaitu semata-mata menjalankan perintah Tuhan dan utusan-Nya. Profesional karena Tuhan, demi Tuhan, dan merupakan kebutuhan rohani yang wajib dijalani.

Kedua, peningkatan kualitas beribadah dan kinerja, baik dalam belajar, bekerja, maupun aktifitas lain. Bila kemarin beribadahnya semisal pada skala lima, maka pada bulan syawal ini ditingkatkan menjadi skala enam atau lebih. Yang bermula dari skala tujuh maka lebih ditingkatkan lagi.

Demikian pula pada belajar atau bekerjanya. Bila kemarin masih belum rutin, tidak/belum ajeg, atau karena sukur ingat, atau karena alasan lain, maka ditingkatkan untuk lebih rutin dan kontinyu. Memenuhi Sabda Nabi Saw : inna ahabba amali ilaallahi maadama wainqalla. Sesungguhnya amal yang paling dicintai Tuhan adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, peningkatan kecerdasan mengelola masalah. Aktifitas apapun yang dijalani, pasti ada masalah didalamnya. Baik dari yang sederhana sampai yang sangat ruwet, perlu disikapi dengan sebijaksana mungkin. Kebiasaan yang cupet, mudah stres dan menyerah, atau mudah salah paham, perlu dikikis habis dengan belajar lapang dada, nglenggono, dan menyelesaikannya dari berbagai sudut pandang, pemikiran luas, dan jiwa dewasa. Sebab semua masalah itu pasti ada penyelesaiannya. Berbanding lurus dengan usaha, pikiran luas, dan tentunya hidayah Tuhan sebagai kuncinya.

Demikian pula ketika ditimpa masalah yang menyusahkan maupun yang menyenangkan. Keduanya perlu disikapi dengan jiwa arif dan bijaksana pula. Sebab, senang susah adalah sama-sama masalahnya. Ada efek kejut yang tak terduga dibalik kejadiannya. Yang tentunya perlu perhatian khusus, sebab bisa berpengaruh terhadap konsentrasi dan tingkat keimanan.

Keempat, peningkatan kualitas kebersamaan dan musyawarahan. Bagaikan kompaknya lima jari dalam mengangkat beban. Baik yang ringan sedang maupun yang berat, kelimanya kompak dan seia sekata mengangkatnya. Tidak membeda-bedakan ukuran bebannya, maupun tugas fungsi tujuannya.

Demikian pula ketika beban yang diangkat adalah berupa masalah. Kelimanya aktif dalam mengangkat, urun ide pemikiran, hingga memecahkannya secara bersama. Tidak ada pembedaan yang besar maupun yang kecil, yang panjang maupun yang pendek, yang atasan maupun bawahan. Kesemuanya berperan sesuai dengan tingkat mampu dan daya pikir masing-masing.

Sehingga refleksinya, alangkah indahnya, alangkah sejuk dan damainya bila segala aktifitas mampu memerankan kebersamaannya lima jari, yang setiap hari tanpa disadari telah diterapkan.

Kelima, peningkatan kualitas pengetahuan pemahaman sekaligus realisasi jiwa ro’in (jiwa pendidik). Setiap diri adalah pendidik (kullukum ro’in) dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa-bagaimana yang telah dididikkan pada sesamanya.

Karena itu, yang telah memahami dan meyakini jiwa pendidik, perlu meningkatkan daya praktis-realis pada sesama. Tanpa terbatasi ruang dan media, ia perlu ditingkatkan seluas-luasnya. Melalui berbagai jalur, berbagai sarana, berbagai situasi dan kondisi, bahkan berbagai golongan yang ada dalam lapisan masyarakat, jiwa ro’in dapat disampaikan dan ditularkan.

Sementara yang belum mampu memahami dan meyakini, perlu mengetahui lebih dahulu bahwa diri ini adalah pendidik. Perlu memahami bahwa saya yang sekarang memang tidak bisa apa-apa ini adalah pendidik. Bila sekarang belum mampu mendidik, maka suatu saat nanti pasti akan jadi pendidik. Minimal jadi pendidik keluarganya, syukur bage mampu mendidik sesama yang lebih luas.

Memenuhi perintah-Nya ballighu ’anni walau aayat. Sampaikan apa yang kamu ketahui walau hanya satu ayat. Walaupun satu kata, atau bahkan satu titik, kalau ternyata berguna dan bermanfaat pada sesama, maka perlu disampaikan.

Dari kelima hal yang perlu perhatian peningkatan kualitasnya di bulan syawal ini, bila direnungi lebih mendalam lagi, masih banyak hal-hal lain yang menuntut peningkatan kualitasnya. Selanjutnya bersyukur secara mendalam bahwa hanya karena rohmat Tuhan-lah kita mampu memahami dan menyelaminya. Hanya karena rohmat Tuhan pula kita mampu merealisasikannya, dengan berlaku lemah lembut, pemikiran yang meluas, dan jiwa yang lapang dada. Sebagaimana tersirat dalam QS. Ali Imran 159. Semoga.

pencarian:

,makna syawal,,Roni Djamaloeddin

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.