MERADIKAL NASIB

Posted By on June 1, 2020

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS Ar-Ra’d: 11).

Entah sadar atau tidak, kita ataupun mereka telah mempraktekkan “ayat nasib” tersebut. Atau malah belum menyadari sama sekali. Tergantung akal nalar masing-masing.

Sementara fakta yang mampu ditangkap secara rasional :

1. Kita bisa membaca menulis seperti sekarang, karena ketika SD dulu telah bekerja belajar keras membaca dan menulis. Andai waktu itu malas belajar, atau tidak mau sekolah, atau orang tua tidak menyekolahkan kita, tentu sekarang pun nyaris tidak bisa membaca menulis seperti saat ini.

2. Kita tidak bisa menciptakan energi atom seperti para ahli yang telah mampu menciptakannya. Mengapa?
Karena belajar kita telah terhenti beberapa tahun lalu.
Karena usaha kerja keras kita telah kita hentikan sendiri.
Karena biaya modal kemampuan hanya segini, percuma dilanjutpaksakan.
Pendek kata, karena telah menyerah dari istilah mengubah nasib.

3. Kita masih punya pegel jibeg emosi frustasi iri dengki meri bungah susah marem nelongso … dst-dsb.
Mengapa?
Karena belum membelajari hati nurani secara pasti.
Karena belum mengusaha mengikhtiar secara mendarah daging, hingga mbalung sumsum.

Dilain posisi, karena lebih sering dikuasai dijajah diperkosa oleh nafsu.
Inilah fakta nyata saat ini.

Oleh karenanya, selama tidak mengusaha keras membebaskan diri dari penjajahannya nafsu, maka Tuhan pun tidak akan menurunkan rohmat fadhal maghfirah-NYA, sehingga terbebas merdeka dari penjajahan nafsu.

Demikian halnya bila ditarik pada hal yang lebih dalam.
Perihal pinjaman roh yang harus kita ulihkan,
perihal fitrah yang merupakan belahan Yang Maha Fitrah,
perihal ilaihi rojiuna yang meliput empat dimensi.

Selama puas pada pemahaman pengalaman yang ada, maka selamanya pula tidak akan pernah paham apalagi merasakan indahnya Dzat Yang Maha Indah Sempurna.
Yang endingnya rugi getun susah nelongso abadan abada.

_____010620–refleksi tahun baru Mahdiyah ke-8, dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.