MUSTAHIL MERDEKA

Posted By on April 1, 2020

Satu perenungan khusyuk dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-74 adalah bahwa bangsa Indonesia “tidak mungkin” merdeka bila semua komponen bangsa tidak memahami makna panji-panji bendera kebangsaannya.

Sebab, kedua warna bendera bangsa tersebut ternyata mempunyai filosofi yang sangat tinggi.

Sebagaimana sabda Nabi Saw : “Sesungguhnya Allah telah menampakkan sebagian bumi kepadaku. Sehingga aku bisa melihat timur dan barat-nya. Dan sesungguhnya umatku akan sampai kekuasannya sesuai bumi yang telah diperlihatkan kepadaku. Dan aku telah diberi dua perbendaharaan, yaitu: merah dan putih”.

Pada hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Nabi SAW telah bersabda yang maksudnya bahwa umatnya akan menguasai bumi, baik yang bagian timur dan juga bagian barat, dipenuhi dengan keadilan, kebenaran, kesejahteraan dan kedamaian. Dengan syarat umat tersebut dapat memetik dan mengamalkan dua perbendaharaan yang diberikan Allah pada utusan-Nya.
Kedua perbendaharaan tersebut adalah perbendaharaan merah dan perbendaharaan putih.

Namun kenyataannya, umat manusia yg mengaku sebagai umatnya Nabi/Rasul-Nya, ternyata tidak mampu bahkan jauh dari mampu untuk bisa menguasai bumi, baik yang di jazirah Arab, di barat, maupun yang di timur.

Bahkan sebaliknya, justru banyak perpecahan di sana sini. Perang sesama pengaku Islam, perang sesama pengaku umat Nabi/Rasul, masih terus berlanjut.

Hal demikian disebabkan karena tidak memahami dan juga tidak mewarisi warisan Nabi Saw yg berupa perbendaharaan merah dan perbendaharaan putih.

Perbendaharaan merah dimaksud adalah keberanian yang disertai niat dan tekad kuat untuk menegakkan kebenaran. Yaitu kebenaran yang sejalan dengan kehendak Tuhan dan utusan-Nya (al-haqqu min Rabbika).

Bukan kebenaran yang berdasar akal pikiran manusia. Bukan pula kebenaran menurut selera, nafsu, kepentingan politik-pribadi-golongan, maupun berbagai sudut pandang lain kebenaran manusia, semisal keputusan musyawarah-voting, dlsb.

Kemudian setelah mengetahui esensi kebenarannya, berani berjuang menegakkan kebenaran tersebut dalam segala aktifitas yang dijalani, dengan jihadunnafsi.
Berani berperang melawan nafsunya sendiri.

Sebuah perang mahadahsyat yang tidak akan pernah ada tandingannya di muka bumi. Sekalipun perang nuklir perang bintang, sama sekali tak selevel dg perang jihadunnafsi.

Kemudian maksud perbendaharaan putih adalah putih berserinya hakekat wajah manusianya. Yakni fitrah manusia yang asalnya dari Fitrah Allah piyambak.

“Fitrah Allah-lah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah-Nya itu. Tidak ada perubahan atas ciptaan Allah perihal fitrah itu” (QS.30:30).

Fitrah manusia yang asalnya putih berseri, setelah diterjunkan di medan uji, yaitu alam dunia seisinya, campur aduk dengan kerasnya berbagai coba dan hawa isen-isen dunyo lainnya, dilengkapi dengan nafsu tujuh macam yg mestinya menjadi alat/tunggangan berdunia-akherat, kemudian berubah menjadi hitam.

Buktinya, tidak kenal lagi dengan fitrah manusianya sendiri sebagaimana asal mula diciptakan. Wataknya mengeras membatu. Kehidupannya kemudian didominasi dan bahkan dikuasai oleh nafsu dengan berbagai bala pasukannya.

Oleh karena itu, pengenalan akan fitrah manusianya inilah yang mestinya terlebih dahulu dilakukan. Pengenalannya pun dilakukan dengan benar sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Yaitu melalui kepanjangan tangan-Nya, atau duta khusus-Nya atau khalifah-Nya. Inni jaa’ilun fil ardhi khalifah.

Khalifah/Wakil Tuhan yang disandikan dalam berbagai istilah dalam kitab-Nya. Disebut dengan al-wasilata (sang penunjuk jalan), al-muthohharun (orang yang disucikan Tuhan), imamu mubin (imam yang nyata keimamannya), al-Haadi (sang penunjuk jalan lurusnya Tuhan), al-Mundzir (sang pemberi peringatan), dlsb.

Akhirnya, bangsa ini akan dapat mencapai merdeka sejati dan sempurna, bila segenap komponan bangsa mampu memahami dan menyelami makna hakekat bendera bangsanya.

Kemudian melakukan penyatuan yang sinergis dan harmonis antara perbendaharaan merah dan perbendaharaan putih.

Sebab, penyatuan merah dan putih adalah keharusan agar wajah fitrah manusianya bisa kembali putih berseri di hadapan Yang Maha Kuasa.

Sebagaimana tersirat dalam QS. Ali Imran 107 : “Adapun orang-orang yang putih berseri wajahnya, maka mereka berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya” (QS. Ali Imran[3]:107).

Itulah yang dikatakan merdeka sejati dan sempurna. Otomatis baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghafur. Semoga…

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.