NABI vs RASUL
Posted By Roni Djamaloeddin on February 3, 2021
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu…(QS.33:40).
—+++—+++—–+++—–+++—–+++—–+++—
Rasionalnya, bila Muhammad dipersepsi sebagai fisik, maka pasti punya anak, istri, orang tua, dan berbagai sebutan nasab lainnya. Sedang faktanya, Beliau memang punya keluarga. Punya anak istri menantu. Punya orang tua, kakek, dlsb.
Tapi nyatanya, ayat tersebut melarang anak-anak Muhammad Saw, mengakui sebagai ayahnya. Makna diferensialnya, juga melarang para istri nabi mengakui sebagai suaminya. Melarang anak cucu cicit secara nasab (bani Muhammad) mengaku sebagai mbahnya (moyangnya). Juga melarang berbagai istilah pengakuan dalam keluarga lainnya.
Karenanya, perlu dihayati dan dipahami secara pasti bahwa Pangandikan Tuhan tidak sama dengan perkataan manusia. Muhammad yang dimaksud adalah bukan Muhammad yang fisik jiwa raga. Tetapi Muhammad yang Nur. Muhammad yang Rasul. Nur Muhammad namanya.
Karena itu, bukan hal aneh bila Nabi Adam kenal bahkan menyaksi Nur Muhammad. Walau secara fisik Nabi Muhammad belum dicipta.
Implikasi logisnya, Muhammad (yang Nur) tidak akan pernah mati. Tapi fisik jiwa raga Muhammad pasti mengalami mati. Nur Muhammad mengalir mencahaya pada fisik jiwa raga pilihan Tuhan sendiri. Semenjak Nabi Adam hingga kiyamat.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad, tidak percaya mengadanya Nur Muhammad yg selalu dihadirkan Tuhan)?” (QS.3:144).
Akhirnya, berbekal pengalaman meguru pada Guru al Wasilata, yaa Guru al Wustho, yang menggelar ilmu Nur Muhammad, maka simpul rasionalnya :
- Nabi adalah gelar secara fisik dan personal.
Rasul adalah gelar secara metafisik (tugas fungsi) langsung dari Tuhan. - Nabi adalah murid yang menerima ngalimul Ghaibi wasysyahadati.
Rasul menggelar mengajarkan ngalimul Ghaibi wasysyahadati. - Nabi jumlahnya banyak pada tiap zaman.
Rasul jumlahnya hanya satu dalam setiap zaman. - Nabi pasti mengalami mati, karena berwujud fisik jiwa raga.
Rasul bersifat abadi, karena bersifat tugas fungsi. - Nabi punya anak istri.
Rasul tidak ada istilah anak istri. - Nabi belum tentu Rasul.
Rasul pasti nabi. - Nabi menerima ilmu nubuwah (ilmu kenabian) untuk dipakai sendiri.
Rasul adalah nabi yang mendapat tugas menyampaikan ilmu nubuwah.
Analogi rasionalnya seperti orang yang menjabat presiden. Orangnya yang berganti-ganti, presidennya abadi (selama negaranya masih eksis). Selengkapnya dapat disimak pada : http://ronijamal.com/sinonimisme-presiden-vs-rosul/
_____260121–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.