PAGEBLUK
Posted By Roni Djamaloeddin on March 28, 2020
Menyimak mencermati data sejarah, negara kita, negara lain, juga kerajaan-kerajaan jaman dulu, pernah dilanda pagebluk (wabah penyakit, epidemi).
Semisal Eropa pada tahun 1350 yang menewaskan sepertiga penduduknya.
Juga penduduk Banten pada tahun 1625 yang menewaskan hingga sepertiga penduduknya.
Secara logika, adanya pagebluk tersebut mesti diikhtiari penangkal solusinya. Tidak mungkin kiranya bila memilih mati konyol tanpa ada usaha. Misalnya; melalui riset ilmiah, ramuan tradisional, ramuan herbal, jampi-jampi, supranatural, kekuatan magis benda pusaka, ritual/ibadah khusus tolak balak,… dst-dsb.
Awal tahun 2020 ini, kisah pilu tersebut nampaknya akan terulang kembali. Hampir semua negara di dunia mengalami peristiwa yang sama. Berbagai solusi alternatif penangkalnya secara materi digali diuji diterapkan. Bahkan hingga tertuang dalam undang-undang.
Namun, solusi yang sifatnya immateri, supranatural, metafisika, hingga spiritual, kiranya belum tertangani secara serius. Jauh bila dibandingkan dengan solusi secara materi.
Sebab, tidak menutup kemungkinan solusi immateri ini justru lebih dominan mengatasi akar masalahnya. Sebab ia berkait erat dengan fakta penciptaan, tujuan penciptaan.
Solusi tersebut diantaranya :
- Gerakan taubat dan introspeksi diri secara nasional–bahkan internasional. Menyadari bersama bahwa manusia itu khotho” wa nisyan. Buanyak sekali salah dosanya. Hingga saking banyaknya Tuhan menurunkan bala’ (bencana, azab) di muka bumi.
- Secara jujur perlu mengakui bahwa ketakutan yang berlebihan terhadap materi pagebluk melebihi takutnya pada Tuhan Yang Maha Menciptakan. Dan itu adalah salah besar. Karenanya belajar berusaha sekeras-kerasnya agar takutnya pada Tuhan melebihi takutnya pada ciptaan-NYA.
- Merenungi mentafakuri data sejarah atas kisah para umat terdahulu yang ditimpakan azab. Yaitu disebabkan karena mendustakan keberadaan Rasul yang selalu mengada di setiap zaman.
- Menerima dan menyadari bahwa Tuhan sedang “menculek” mata hatinya manusia agar “melek” pada Tuhannya. Bahwa Wajah Tuhan itu bisa dikenali secara pasti oleh mata hati manusia (bukan mata indera), hingga kemudian disembah sampai derajad yaqin (hatta ya’tiyakal yaqin). Bukan sekedar duga kira prasangka dari tempat yang jauh.
- Memahami menyadari bahwa dunia ini adalah semu, ilusi, bayang-bayang, fatamorgana, nafi, dalam pandangan mata hati. Biasa diibaratkan hanya “mampir ngombe”. Sedang yang pasti adalah mati. Karenanya belajar super serius menyelami mempraktikkan dawuh Nabi perihal mati : muutu qabla antamutu. Belajar mati sebelum mati yang sesungguhnya terjadi.
- Belajar mati kepada Nabi secara langsung, karena yang memerintah adalah Nabi sendiri. Sedang faktanya, jasad Nabi sudah tiada, maka belajar matinya kepada “fa’alaikum bisunnati wasunnati khulafaurrasyidin al mahdiyyin”, yang selalu dihadirkan Tuhan ditengah-tengah ummat manusia sampai kiyamat.
- Bila keenam solusi immateri tersebut dicermati, bersinergi dengan solusi materi secara harmonis, kemudian dilaksanakan setingkat mampu masing-masing, niscaya badai pagebluk segera berlalu. Semoga.
_____280320–belajar share pemahaman pengalaman dalam nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).
.


Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.