PIKIRAN TAKJUM
Posted By Roni Djamaloeddin on September 23, 2020
Takjum adalah akronim dari taklid jumud.
TAKLID adalah mengikuti pendapat orang lain yang dianggap terhormat dalam masyarakat. Atau simpelnya, patuh tunduk pada pikiran pendapat orang lain dg membabi buta, tanpa dibarengi pemikiran logis rasional.
JUMUD adalah pikiran dimana tak bisa melihat sesuatu yang ada secara lebih luas lagi. Istilah lainnya adalah pikiran picik, sempit, kaku, beku.
Karenanya, pikiran takjum sangat berseberangan dengan “dalil lingkaran”.
Pada sebuah titik dapat dilihat sedikitnya 360 cara berbeda.
Dari sebuah titik bisa diurai sedikitnya
menjadi 360 cara yg berbeda.
Bila variabel “titik” diganti dengan “masalah”, maka banyak cara melihat sekaligus mengurai sebuah masalah.
Pikiran takjum ini sangat berpengaruh terhadap keimanan. Sebab bila nalar pikiran tidak bisa terbuka (terjerat, terjebak) pada sesuatu yg telah dipahami saja, atau terjebak pada pemahaman yg dianggap tabu, atau tidak bisa menerima sesuatu yg diluar jangkauan pengalaman pikirannya. Sehingga berimannya dan beragamanya tidak mampu menembus “langit”.
Contoh sederhana, ketika pikiran hanya patuh tunduk mengikut pemaknaan pada umumnya, yaitu semisal pemaknaan Baqoroh 1 : “hanya Tuhan sendiri yg mengetahui”, maka nalar pikiran pun ikut berhenti, dan memakmum pemaknaan tersebut.
Namun ketika akal pikiran berani keluar dari lingkaran takjum, maka akan berani mencoba mendobrak belenggu pikirannya sendiri. Kemudian merenung-renung (tafakkur mendalam) dengan sendirinya. Yang diantara olah renungannya :
- Ayat itu dari Tuhan utk manusia, mengapa yg tahu hanya penciptanya sendiri?
- Bukankah mestinya manusianya juga wajib tahu, sehingga sedikit membantu utk membuka rahasia-rahasia ilmu-Nya yg Maha Luas?
- Kiranya ada sesuatu yg kurang (yg salah) bila pemaknaannya demikian. Sebab ada ketidakrasionalan di dalamnya.
- Bukankah ilmu-ilmu Tuhan itu tak hingga banyak-luasnya? Kalau yang tersurat itu 30 juz, mestinya yang tersirat tak hingga juz. Dan itulah mestinya yg harus dicari dipahami hingga diyakini.
- ….dst-dsb.
Karenanya, ketika akal pikiran mulai terbuka, akan berani memaknai dari sudut pandang lain. Semisal, ayat “laayamassuhu illa al-muthohharun”. Yang biasanya dimaknai “tidak boleh menyentuh Al Quran kecuali dalam keadaan suci”, dengan makna lain “tidak akan mampu menyentuh kandungan makna Al Quran (roh-nya, ilmunya Tuhan) kecuali yang disucikan sendiri oleh-NYA.
Demikian pula ayat-ayat lain, yg jumlahnya buanyak sekali, yg pastinya harus diketahui manusia penduduk bumi, dalam rangka ilaihi Rojiuna.
Karena itu, pikiran takjum ini haruslah ditumbuk dengan pikiran terbuka, pikiran rasional, dan pikiran yang mampu “sundul langit” dalam membaca PR abadi-NYA : afala ya’qiluuna, afala yatafakkaruuna.
Bagaimana dengan pemikiran Anda??
———–220618–belajar mensparing nalar dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.