RASIONALISME BAIAT
Posted By Roni Djamaloeddin on December 25, 2022
Baiat, pada umumnya identik upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin. Identik pengangkatan seorang imam atau kepala kelompok tertentu. Ditandai dengan pengucapan sumpah atau janji. Diucapkan baik oleh yang mengangkat/melantik juga yang diangkat/dilantik. Pihak terlantik akan bersumpah bahwa mereka akan menaati peraturan yang dibuat oleh pemimpin yang mengangkat.
Namun dalam pemahaman pengalaman berguru kami, baiat sesungguhnya adalah yang dilakukan oleh para nabi rasul. Adalah wujud nyata ikatan setia sumpah janji dihadapan Tuhan. Baiat merupakan pondasi iman taqwa yang dilakukan seorang murid dihadapan gurunya.
Zaman Nabi Isa dulu, baiat dikenal dengan istilah babtis. Saat awal Nabi Saw berguru, baiat diistilah dengan dimandikan air zam-zam. Jauh sebelumnya, ritual sesuci dimandikan air suci Gangga, adalah kisah baiat oleh nabi rasul di zaman itu.
Lalu, dimana nilai rasionalnya?
Telah tersurat dalam al Fath ayat 10 : “Sesungguhnya orang-orang yang melakukan baiat (yubayi’unaka) dihadapan kamu (Muhammad dan atau para pelanjut tugas fungsi risalah kerasulan) sesungguhnya mereka bersumpah setia dihadapan Allah”.
Berbaiat (bersumpah setia) dihadapan “kamu” sama dengan sumpah setia dihadapan Tuhan. Sungguh perlu perenungan khusyuk mendalam dan penalaran yang radikal tuntas. Sebab kamu yang dimaksud tentunya bukan sembarang kamu. Juga bukan sembarang mereka yang dengan enthengnya mengaku dan rumongso (merasa) berhak membaiat.
Namun sangat disayangkan bila “kamu” dimaksud ayat tersebut mengalami distorsi dan degradasi makna. Bahkan mengalami mutilasi makna menjadi “kamu” para pemimpin masing-masing organisasi sekte aliran kepercayaan keyakinan tertentu. Yang faktanya justru sangat berseberangan berlawanan dengan sumpah janji dihadapan Tuhan. Diaplikasi dengan tindakan kejahatan pembunuhan dan pembenaran paham kelompok tertentu yang jauh dari rasional.
(https://ronijamal.com/kamu-siapa/)
Pengalaman kami lebih lanjut, ungkapan “kamu” dimaksud adalah operasionalisasi ayat : Inni ja’ilun fil ardhi Khalifah. Aku hendak membuat Khalifah/Wakil di muka bumi. Wakil yang merupakan kepanjangan tangan Tuhan. Wakil yang jubir Tuhan. Wakil Tuhan sebagai pelaksana tugas fungsi pelaku baiat. Sehingga “kamu”-nya teraplikasi pada Adam, Idris, Nuh, … Muhammad Saw, …dst, hingga kiyamat. Yang disabda Nabi : ‘alaikum bisunnati.. .
(https://ronijamal.com/bisunnatii/)
Lha… bagaimana bila kamu-kamu yang pada umumnya (paparan di atas) melakukan baiat? Apakah sama maknanya berbaiat langsung dihadapan Tuhan? Apakah sama maknanya dengan Tuhan sendiri yang membaiat?
Hak mereka sepenuhnya bila mereka melakukan (membaiat) yang demikian. Baik yang membaiat, ataupun yang meminta baiat. Juga hak mereka yang setuju adanya baiat, atau menolaknya. Bahkan hak mereka sepenuhnya dalam memilih beriman atau kafir.
Kesemuanya diberi kebebasan yang sebebas-bebasnya dalam memilih/menjalani nasibnya. Tuhan sangat Maha Demokratis. “Maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir” (al Kahfi 29).
Lalu, apa rahasia sebenarnya yang terjadi dibalik baiat?
Pengalaman meguru kami lebih lanjut, bahwa rahasia besar dibalik yubayi’unaka = yubayi’unallah, diantaranya :
Pertama, manusia yang mau dan butuh baiat itu adalah pilihan Tuhan sendiri. Sebagaimana Ahmad Mustofa ketika muda juga berbaiat pada gurunya. Pun para nabi rasul semua, sebelum diangkat menjadi rasul, mesti melalui fase murid yang berbaiat pada gurunya.
Kedua, peristiwa baiat adalah ditunjukkan dikenalkan fitrah jati diri manusianya. Maka otomatis kenal pasti Dzat Yang Maha Fitrah, yang instrumen mengenalnya adalah mata hati (=rasa). Sehingga pemahaman man ‘arofa nafsu faqod ‘arofa Robbahu menjadi pasti. Bukan duga kira prasangka angan belaka.
Ketiga, dengan baiat menjadi paham yakin pasti atas amanah yang disanggupi ketika masih di alam arwah (alam dzar, alam fitrah). Dimana saat itu, langit bumi gunung yang demikian raksasa (dibanding manusia) menyatakan tidak sanggup menerima. Lhaa…manusia yang tidak ditawari amanah, ujug² langsung menyatakan menerima. Kemudian turunlah vonis : innahu kaana dzaluman jahula.
Keempat, masih banyak rahasia besar yang tersembunyi. Yang tidak bisa dituliskan dengan kata-kata. Sebagaimana rahasia : inna nahnu nazzalna adzdzikro, wainna lahu lahafidzun. Sesungguhnya Tuhan yang menurunkan ilmu dzikir, dan Tuhan pula yang menjaganya. Rahasia besar yang wilayah Tuhan, dan digenggam Tuhan sendiri.
Kelima, rahasia rasa nikmatnya durian tidak akan bisa diselami dirasakan kecuali memakannya sendiri. Rahasia nikmatnya orgasme mustahil bisa dijajal balita, kecuali mereka telah resmi mengucap qobiltu di KUA. Pun demikian dengan baiat.
Jadi simpulnya, memahami dengan pasti apa itu baiat, mesti “njegur sumur” (nyemplung ke dalam sumur) sendiri. Tidak mungkin hanya anguk² (melihat memantau) dari “lambe sumur” (bibir sumur). Apalagi hanya dengar dari kata-katanya. Kata mereka, kata tokoh dunia, kata nenek moyang, kata kitab suci, kata gogel, …dst-dsb.
___091222–belajar share pemahaman pengalaman dan olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.


Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.