SALAH DIDIKNYA DIMANA?

Posted By on January 30, 2024

Tidak diragukan lagi kebenaran peribahasa Jawa, “kacang ora ninggal lanjaran”. Kacang (tanaman menjalar) tidak akan meninggalkan kayu/bambu penopang tumbuhnya. Kalau lanjarannya lurus, maka tumbuhnya kacang juga lurus. Tapi kalau lanjarannya bengkok, tumbuhnya batang juga bengkok.

Artinya, seorang anak akan otomatis belajar meniru mensifati watak dan perilaku orang tuanya. Karenanya, bagaimanapun sifat watak orang tua, sebagian besar akan menurun pada anak-anaknya.

Tak terkecuali dalam beragama, anak pun akan meniru mensifati watak perilaku beragama orang tuanya. Sehingga karenanya, pikiran sehat mana pun mampu merasionalkan ketentuan : “Sesungguhnya orang tuanya yang menjadikan anaknya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Demikian pula ketika akal pikiran anak cenderung kaku beku, tidak mampu menggunakan nalarnya dengan baik, hingga menjadikan kabel listrik sebagai barang mainan, atau menjadikan baygon minuman surgawi, maka sebenarnya orang tua (tanpa mereka sadari) ikut andil didalam kesalahan kesembronoannya.

Lantas, dimana salah didik orang tua ketika anak-anak mensifati watak perilaku orang tuanya? Termasuk dalam hal beragamanya? Termasuk ketika tidak bisa menggunakan akal nalarnya?

Dalam pengalaman pengamatan kami, juga olah nalar olah hati olah roh, serta hikmah manfaat meguru Ilmu Dzikir (QS An Nahl 43, al Anbiya’ 7), salah didik tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa hal.

Pertama, kebiasaan orang tua kurang membekali anaknya berpikir bebas merdeka. Kurang mengantarkan anak-anaknya menentukan nasib akal nalarnya. Kurang kuat maksimal menarik tali busur sehingga anak panah melesat sangat jauh. Terkadang malah menggondeli (menghambat) atau mengkerdilkan akal nalar anak-anaknya.

Kedua, para orang tua mempunyai kecenderungan bahwa apa yang dididikkan pada anaknya adalah sebuah “kebenaran” yang mesti diikuti dan dijalani anak-anaknya. Sehingga, seolah mewajibkan anak harus meniru polanya. Kadang (bisa mungkin) kurang lila legawa bila anaknya punya pola dan pemikiran yang berseberangan dengannya.

Ketiga, para orang tua kadang lupa bahwa al Haq min Rabbika. Kebenaran adalah dari dan milik Tuhan. Bukan dari pikiran, penalaran, dan pengalamannya. Oleh karenanya, mestinya, ketika anak telah dewasa, diberikan kebebasan dan mendorongnya mencari menemukan al Haq milik Tuhan tersebut. Walaupun sampai melintas batas agama, lintas kitab suci, bahkan lintas mahdzab.

Keempat, para orang tua kadang menjadikan agama sebagai “barang” warisan yang mesti dijalani anak-anaknya. Akibatnya, anak pun ada cenderung patuh pada agama warisan orang tuanya. Tanpa ada pemikiran yang radikal mendalam apa itu agama, milik siapa agama itu, … dst-dsb.
(https://ronijamal.com/andai-ortuku-beragama/)

Kelima, orang tua kadang lupa bahwa seorang anak punya garis nasibnya sendiri. Sedang orang tua cenderung mengarahkan anaknya mengikuti pola pikir dan pengalaman orang tua. Mestinya, orang tua menyerahkan sepenuhnya nasib masa depan anak-anaknya pada pelakunya sendiri.

Keenam, kebiasaan orang tua kurang mensuport anaknya belajar hingga negeri china (ujung jagad). Kurang menggenahkan (memahamkan) perihal langit ilmu, ilmu langit, berikut cara mendapatkannya. (https://ronijamal.com/di-atas-langit/)

Ketujuh, orang tua kadang terlena oleh kebiasaan lingkungan sekitar, atau bahkan kebiasaan keluarga saudara dan nenek moyangnya. Hingga kurang berani, kurang tegas, dan kurang daulat kemana membawa keluarganya. (https://ronijamal.com/kemana-membawa-keluarga/)

Jadi simpulnya, salah didik yang diberikan orang tua pada anak-anaknya, sedikit banyak ada faktor salah didik dari mbahnya. Mbahnya dari buyutnya. Begitu seterusnya ke atas, jalur nenek moyangnya masing-masing.

Sehingga karenanya, adanya istilah dosa warisan orang tua, sedikit banyak ada benarnya.

___060124–belajar istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.