SEKOLAH vs NYONTEK
Posted By Roni Djamaloeddin on December 27, 2021
Sekolah dan nyontek, dalam pandangan pendidik pengajar, adalah dua hal yang bertolak belakang. Rasionalnya, pendidik pengajar menghendaki siswa belajar mengerjakan tugas secara jujur, mandiri, dan bertanggung jawab. Sementara siswa maunya jalan pintas atau instan. Cenderung pinginnya nyontek, alias kurang semangat jujur.
Sebaliknya, dalam pandangan obyek didik (siswa, pembelajar), sekolah dan nyontek seolah dianggap satu kesatuan. Yang penting bisa mengerjakan mengumpulkan tugas yang diberikan dan hasilnya baik. Tidak penting lagi bisa atau tidak bisa mengerjakan. Apalagi menguasai materi pembelajarannya, jauh tidak terpikirkan.
Jauh beda dalam pandangan siswa (pembelajar ) yang sudah mandiri, nyontek menjadi sangat penting. Nyonteknya bukan “plek” seperti yang dilakukan siswa sekolah dasar menengah. Tapi yang dicontek idenya, sistem kerjanya. Kemudian dikembangkan sesuai ide akal nalarnya sendiri.
Namun sayangnya, yang biasa terlupa, sekolah mestinya mengantar siswa menjadi pembelajar sejati. Namun belum mampu memahami dan menyadarinya. Kebanyakan siswa belum sanggup memecah akal nalarnya sendiri menuju pembelajar sejati. (https://ronijamal.com/pembelajar-sejati/)
Sekolah kadang juga kurang tegas dalam mengantar mandiri akal nalar siswanya. Sehingga ketika siswa nyontek, kadang dibiarkan. Ada rasa tidak tega memberi sangsi pelaku nyontek.
Sekolah mestinya mengantar menstimulus siswa terbang tinggi. Menggapai cita-cita mulia yang telah digantung di langit. Namun kadang banyak siswa yang belum paham atau jumbuh. Kurang memahami menyadari cita-cita harapannya. Kurang mengenali potensi yang ada pada dirinya. Juga kurang berani tegas pada dirinya.
Disinilah perlunya stimulus atau perangsang itu. Agar mampu mengembangkan sayapnya terbang tinggi menggapai cita-cita harapannya yang di langit.
Ibarat seperangkat alat panah, maka tugas sekolah (juga orang tua, dan lingkungan) adalah menarik tali busur panah sekuat-kuatnya. Sehingga mampu melepas mengantar anak panah melesat sejauh-jauhnya. Menembus langit yang diidamkan.
Belajar mandiri ataupun nyontek, keduanya diperlukan. Namun ada batasan atau alasan khusus yang mendasarinya. Ada saat tersendiri kapan harus mandiri, kapan harus nyontek. Tidak bisa digebyah uyah (dipukul rata) bahwa sekolah identik nyontek.
Menendang bola adalah sendiri-sendiri. Menentukan nasib masa depan adalah sendiri-sendiri. Nyontek perlu, mandiri sangat perlu.
Dan, sekolah adalah satu tahap menentukan nasib masa depan itu. Bila belajar mandirinya sungguh-sungguh, maka kemungkinan besar masa depannya juga cerah.
Namun bila belajar mandirinya kurang terlatih, kalah dengan nafsu nyonteknya, maka akan mudah terombang-ambing oleh keadaan. Jiwa menjadi rapuh, kurang kuat, dan cenderung tidak tahan banting.
Peribahasa yang mengatakan berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, sangat benar nyatanya. Dan masing-masing siswa (pembelajar) yang membuktikan menyatakan kebenarannya.
_____181221–belajar share pemahaman pengalaman dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.