SESUNGGUHNYA AGAMA ITU UNTUK APA?

Posted By on September 6, 2019

Yang satu agama, beda mahdzab yaa tukaran.
Yang satu agama, beda organisasi yaa tukaran.
Yang satu agama, beda aliran kebatinannya, beda torikohnya yaa tukaran.

Terlebih yang beda agamanya, lebih serem tukarannya. Padahal semua agama sama-sama Kagungane Pengeran. Diturunkan melalui Khalifah/Rasul-Nya.

Rasanya sampai habis energi pikir merenungku :
SESUNGGUHNYA AGAMA ITU UNTUK APA?

Miturut olah panggraitan mendalamku, buah manfaat belajar nderek nyandar Guru (Kyai Tanjung) :
1.Secara kepemilikan, agama adalah milik Tuhan. Bukan milik nabi, ulama, kyai, syeh, pendita, raja, …dst. Nabi/rasul adalah manusia pilihan-Nya yg diserahi nggelar mengajarkan apa yg dikehendaki Pemilik Agama. Karena itu, bila akan ada peraturan atau hukum baru, Nabi/rasul mesti mendapat wahyu terlebih dahulu, barulah disampaikan pada ummat.

2. Secara definisi, Agama dari bahasa Sansekerta; A = tidak, gama = rusak.
Seperangkat aturan (dari Tuhan tentunya) yg membimbing mengantarkan manusia pemeluknya agar tdk rusak. Tentu saja tdk rusaknya berdasar juklak juknis dari Tuhan pula.

Karenanya tidak rusak ini mesti mencakup 4 dimensi (jladrennya) manusia sekaligus. Tidak rusak secara lahiriah (jasadiah), tidak rusak hatinya, tidak rusak rohnya, dan tidak rusak rasanya.

Mudah tukaran mudah tersinggung, itu indikasi menuju rusaknya hati nurani-roh-rasa. Sebab fungsi utama nurani adalah dzikir. Ketika nurani terisi tersinggung marah tukaran, otomatis fungsi utama dzikir itu terhijab bahkan tergusur. Sebaliknya, ketika dzikir itu maqam di nurani, maka nafsu tukaran emosi tersinggung otomatis lerep bin nyingkrih karepe dewe.

Rohnya juga demikian, mestinya segala kekuatan segala ide segala kepunyaan itu dicemplungkan pada Laahaula, nyatanya diaku miliknya diaku ide gagasannya. Ini ngalamat roh menuju rusak dari fungsi dasarnya.
Buktinya, marah emosi tersinggung itu menandakan bila ide gagasan pengakuan yg mestinya disilemkan pada Daya dan Kekuatan Tuhan, digasab atau diambilpaksa oleh manusianya.

3. Secara pengalaman, agama adalah peraturan, rambu-rambu, sarana/alat, utk mancat pulang/mulih kepada Dzat Tuhan.
Peraturan lahir juga peraturan batin (nurani, roh, hingga rasa/perasaan).
Konsekuensi logisnya, ketika peraturan atau alatnya belum mampu menyentuh ranah batin, maka dimungkinkan besar terjadi tukaran.

4. Karena agama adalah milik Tuhan, akan selalu diupdate sendiri oleh-Nya, maka meniscayakan “Jubir”-Nya yg selalu mengada di tengah-tengah umat manusia.
Sehingga, banyaknya agama di masa lalu, merupakan versi lama yg telah diupdate dg versi terbaru. Itulah “Kitab Teles” sekaligus “Kitab Update” yg akan selalu dijaga dan diturunkan sendiri oleh Yang Maha Kuasa.

Semakna inna nahnu nazzalnadzdzikro wainna lahu lahafidzuuna. Sesungguhnya AKU-lah yg menurunkan ilmu dzikir, dan AKU pula yg akan menjaganya.

5. Agama mestinya jalan yg lurus mulih (pulang) kepada Tuhan. Yg mulih (pulang) adalah fitrah manusianya. Karenanya, agama “lurus” jedug kepada-Nya mesti mengenalkan fitrah manusianya kenal lagi pada Dzat Yang Maha Fitrah. Sebagaimana kenal Pastinya ketika masih di alam dzar (alam arwah), yg karena kenal pastinya (waktu itu), kemudian berani berkata “qaalu bala syahidna”, benar Engkau (Dzat Tuhan) adalah Tuhanku, aku menjadi saksi (telah menyaksikan/melihat langsung).

6. …open ended.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.