SULUK WIJIL

Posted By on January 3, 2020

Angulati sarining urip
Wekasing jati wenang
Wekasing lor kidul
Suruping radityo wulan
Reming netra kalawan suruting pati
Wekasing ono ora

Angulati sarining urip.
Mencari hakekat hidup yang sesungguhnya.
Dibalik diberadakannya manusia di dunia.
Tidak lain adalah materi ujian Tuhan yang harus dijalani.
Diuji karena kesediaan/kesanggupannya memikul amanah dari-Nya.
Agar ketika “pulang” nanti, bisa kembali disisi-Nya selamat bahagia abadan abada.
Bukannya pulang dalam keadaan tersesat, terdampar di alam penasaran.
Sealam dg jin setan iblis dan sebangsanya.

Wekasing jati wenang.
Akhir dari kehidupan yang sesungguhnya.
Yaitu ketika masa ujian yang telah ditentukan telas habis. Yang ditandai adanya kematian.

Wekasing lor kidul.
Titik akhir dari utara selatan. Sepadan huwal awwalu huwal akhiru. Tidak lain adalah Dzat Yang Maha Wujud, Dzat Yang Maha Sempurna.

Suruping radityo wulan.
Terbenamnya matahari bulan, maupun berhentinya segala aktifitas jagad raya dan seisinya.

Reming netra kalawan suruting pati.
Tertutupnya mata yang disertai adanya kematian. Matinya segala makhluk hidup dan seluruh aktifitas kehidupan di bumi-Nya.

Wekasing ono ora.
Pada akhirnya semua tidak ada. Kembali pada Dzat Yang Maha Awal, Dzat Yang Maha Akhir. Titik temu dari Yang Kekal (baqa’) dan Yang Tiada (fana’).
Wa ba’da al fana’ fa’ayn al baqa’. Di balik maqam fana’ (tiadanya seluruh wujud makhluk ciptaan-Nya).
Terdapat al baqa’ (keabadian Dzat Yang Maha Langgeng).


Raosono ing rahino wengi
Yen ora lawan wisik utama
Mapan ora ana gunane
Lewih wong meneng iku
Yen kumedal lidahireki
Uninipun punapa

Raosono ing rahino wengi.
Walaupun dirasakan siang malam, dihayati, dicermati, diangan-angan, dibicarakan setiap saat, diseminarkan maupun dibahas bersama dengan para tokoh hebat perihal keberadaan Dzat Tuhan dengan tiada mengenal lelah.

Yen ora lawan wisik utama.
Kalaulah tidak mendapat “bisikan mulia”.
Tidak ditunjukkan/diberitahukan dengan metode bisik—melalui telinga kiri oleh Guru mursyid (Guru al Wasilata) yang hak dan sah—sebagaimana yang dibisikkan Nabi SAW kepada Imam Ali RA sebagai “ahlul bait” (ahli
rumah Nabi SAW secara hakekat).

Mapan ora ana gunane.
Tetap tidak ada faedahnya. Tidak ada gunanya semua hal yang telah dibicarakan.

Lewih wong meneng iku.
Lebih baik orang yang diam itu.
Yaitu yang telah memperoleh “bisikan mulia”, pengetahuan tentang Dia (Dzat Tuhan).
Tutup mulut tentang Dia, betapapun orang
membicarakan-Nya.

Yen kumedal lidahireki.
Bilamana sampai keluar melalui lesannya.
Dari apa yang telah diketahui tentang Jati Diri Tuhannya.
Yang diperoleh dari yang berhak dan syah menunjukkannya.

Uninipun punapa.
Bunyinya bagaimana, tidak ada bunyinya. Pengetahuan tentang Jati Diri Dzat Tuhan, tidak dapat dikatakan melalui lesan (mulut).
Dan juga tidak dapat disampaikan
lewat tulisan.
Melainkan “hanya” dapat dirasakan
sendiri “kenikmatannya”.
Sebagaimana pengetahuan perihal “orgasme” yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata maupun tulisan.
Melainkan hanya dapat dirasakan sendiri kenikmatannya kebahagiaannya.

_______270518–sadermo share dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.