VARIASI EGO
Posted By Roni Djamaloeddin on November 27, 2014
Merasa senior merasa yunior, adalah bentuk varian dari ego. Ego itu sendiri, makna bebasnya adalah pengakuan/keakuan. Karena itu, perasaan senior-yunior itu perlu dilatih dikikis habis secara perlahan. Sebab, ibarat virus HIV, virus tersebut secara perlahan dan pasti akan tumbuh secara pesat pula, yang pada saat klimaknya bisa “membunuh” potensi ikhlas.
Real-nya, dg merasa senior, akan berkembang sendirinya merasa lebih ngerti, lebih tua, lebih banyak makan garamnya, dan lebih-lebih yang lain, yang tanpa disadari akan merendahkan (kurang menghargai) yang yunior. Merasa yunior juga demikian, sama persis akibatnya dengan yang merasa senior.
Merasa yunior adalah bagian dari ego pula. Dg merasa yunior akan berkembang pula perasaan-perasaan merasa orang baru, kurang mendapat perhatian, merasa kecil tidak layak didengar/ diperhitungkan ide gagasannya, dst-dsb. Ini akan berakibat lemah mental, minder, acuh, kurang peduli….dst dsb.
Posisi senior-yunior adalah merupakan “tlundakan” dari sebuah proses. Semua orang “pasti” melewati proses ini. Karena itu, yang terpenting adalah ketika posisinya pas jadi senior atau yunior, hindari rumongso yang berlebihan. Sebab, tanpa disadari akan menumbuhsuburkan virus ego. Sak madyo saja. Walyatalaththof. Sak dermo nglakoni posisi/kedudukan itu. Yang benar, panggah/ajeg/kontinyu dalam merasai fakirnya diri, merasai tidak bisa apa-apa, tidak ada apa-apane. Sehingga taubatan nasuhanya menjadi tumbuh lestari…
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.