VISI MISI MATEMATIKAKU
Posted By Roni Djamaloeddin on July 21, 2020
Pada umumnya, mengajar matematika itu hanya untuk matematika. Agar paham, menguasai, dan memudahkan memahami ilmu eksak lain. Atau final targetnya menjadi pengajar matematika.
Namun dalam pengalaman saya, matematika bukan sekedar untuk matematika. Matematika bukan sekedar untuk ilmu pengetahuan. Matematika bukan sekedar untuk dunia.
Tapi, matematika adalah untuk kehidupan. Untuk ngibadah. Untuk memahasucikan Diri-NYA. Bahkan untuk menjangkau menuju “pasti”. Tidak lain adalah Dzat Yang Maha Pasti, Yang Maha Sempurna.
Karena lembut melangitnya, maka terinstruksional khusus dalam visi misi pengajaran matematika :
1. Belajar pasti, rasional, atau pecah akal nalarnya.
2. Belajar menuju mengajar bisa mengajar.
3. Belajar menulis atau membuat buku.
4. Belajar melarang diri mutung atau putus asa.
5. Boleh bisa, boleh tidak bisa matematika.
6. Bonus breaking news.
1. Belajar pasti, rasional, atau pecah akal nalarnya.
Mengajar matematika sama halnya memecah akal nalar siswa. Mengantarkan otak berpikir logis rasional dalam segala pikiran dan tindakan. Karenanya bukan sekedar hapalan rumus masa lalu. Juga bukan sekedar angka dan variabel.
Karena itu memutlakkan serangkai latihan atau sparing soal dalam menyelesaikan masalah. Tujuannya agar pikiran lanyah atau lancar menyelesaikan dan mengembangkan penyelesaian masalah. Maka dengan sendirinya merangsang kecepatan berpikir dan bernalarnya semakin baik.
Sekaligus mampu mengaplikasikan dalam kehidupan. Trampil menerapkan dan mengembangkan dalam berbagai analoginya. Yang pada akhirnya mengantarkan otak menjadi rasional dengan sendirinya.
Fakta nyatanya, salah satunya, terciptanya rumus hitungan excel yang sungguh luar biasa mampu membantu kecepatan menghitung, efisiensi dan efektifitas. Juga terciptanya rumusan/program varian lain berbasis matematika yang sangat membantu kehidupan manusia.
Kemudian setelah pecah akal nalarnya, belajar berlatih pasti. Belajar tatag tegas kuat memastikan diri. Ini pasti salah, ini pasti benar. Tidak ngambang. Jauh dari sikap mamang dan ragu.
Sebab faktanya, soal-soal atau materi garapnya memang angka pasti. Satu jawaban pasti. Tidak ada dan tidak boleh ragu. Karenanya kemudian memotivasi diri bahwa ragu-ragu adalah dosa. Salah berpikir juga berakibat dosa.
Pada akhirnya, dengan belajar pasti, rasional, atau pecah akal nalarnya, mampu mengantar diri membuka sedikit demi sedikit fenomena afala yatafakkaruna, afala ya’qiluna.
2. Belajar menuju mengajar bisa mengajar.
Mengajar matematika sekaligus membelajari melatih siswa bisa mengajar matematika. Atau setidaknya mampu mengajarkan pemahaman pengalaman sesuai bakat minat karakternya masing-masing. (http://ronijamal.com/mengajar-bisa-mengajar/)
Learning by Teaching ala POMOSDA
Teknis secara sederhana, disaat siswa mengerjakan soal di depan kelas, sambil menguraikan atau menjelaskan. Persis seperti ketika pengajarnya menguraikan menjelaskan. Jadi bukan sekedar nggarap dengan diam, tapi langsung berlatih mengajar menyampaikan.
Kemudian disaat berlatih mengajar, disitu langsung disisipkan teknik menyampaikan, sikapnya, cara menulis di papan, butir-butir “makul SBM”, volume suara, kerapian busana pengajar, memotivasi pasti bisa, … dst-dsb.
3. …
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.