TAUBAT DARI ALAM KUBUR?

Posted By on April 23, 2024

Mencermati hadits “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara : yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya” (HR Muslim). Implikasinya, orang yang sudah meninggal itu tidak bisa bertaubat lagi. Raga sebagai sarana/alat taubat sudah dikubur, sudah expired. Sudah habis masa pakainya.

Namun, dengan dikuburnya jasad, masih ada tiga perkara yang menyebabkan masih mengalirkan amal sholeh.
Pertama, shodaqoh jariyah. Misalnya, ketika masih hidup dulu mewaqafkan tanah atau bangunan untuk kemaslahatan. Maka selama bangunan itu digunakan untuk kegiatan kemaslahatan, akan mengalirkan “pahala” pada pemiliknya yang sudah meninggal.

Kedua, ilmu yang bermanfaat. Yaitu ketika masih hidup dulu mengajarkan atau mewariskan ilmu tertentu atau ketrampilan tertentu yang berguna bagi kemaslahatan ummat, maka ketika sudah mati, dan yang diwarisi tetap mengajarkan ilmu atau ketrampilan tertentu tersebut, maka pahala kemaslahatan akan mengalir pada yang mewariskan.

Ketiga, anak yang sholeh. Adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Mendoakan orang tuanya. Mengajak atau bersama berjalan kembali pada Tuhannya (ilaihi rojiuna). Maka ketika orang tuanya sudah meninggal, dan si anak tetap berbuat baik pada orang tuanya, mendoakannya, melestarikan kebiasaan baik yang pernah dilakukan orang tuanya, maka pahala perbuatan anak tersebut mengalir sebagai kiriman amal kebaikan pada orang tuanya.

Sehingga karenanya, pintu taubat yang tertutup ditandai jasad yang dikubur, maka ketiga perkara tersebut mengalirkan pahala atau devisa amal di alam keabadian. Oleh karenanya, kehidupan sekarang boleh dikatakan menjemput/menyiapkan masa keabadian. (ronijamal.com/menjemput-hidup-abadi/)

Kemudian bagaimana dengan doa sanak saudara yang masih hidup?
Doa sanak saudara atau bahkan orang lain terhadap orang yang sudah meninggal, ternilai sebagai ibadah bagi yang melakukan. Namun perkara diterima atau tidaknya sebuah panjatan doa, adalah wilayah Kuasa Tuhan. Tidak bisa mendikte Tuhan dengan mempersepsi memanjatkan doa pada ahli kubur, bila ada pahalanya dikirimkan pada saudara yang sudah meninggal.

Ketika doa diterima, maka akan mengurangi beban siksanya, atau membantu meringankan kesusahannya.
Namun ketika doa tidak diterima, maka sifat ampunan Tuhan turun pada yang mendoakan.

Petunjuk guru kami, orang yang meninggal itu susah getunnya luar biasa. Yang matinya selamat (bisa masuk akherat) pun, susah getunnya luar biasa. Mengapa dulu ketika masih hidup banyak sembrononya, kurang tumemennya, kurang amal sholehnya, kurang ini kurang itu, …dst-dsb.

Apalagi yang matinya tidak selamat (tidak bisa masuk akherat, pindah ke alam penasaran alam kegelapan) susah getun tangis ndrengingingnya luar biasa, tak bisa digambarkan dengan kata-kata. (ronijamal.com/mati-slamet/)

Jadi, senyampang nafas masih dikandung badan, masih diberi kesempatan melakukan perbaikan, tiada hal yang lebih penting yang istimewa selain taubatan nasuha.
– mencari ilmu paling utama (ronijamal.com/ilmu-paling-utama/).
– berusaha keras menjadi pembelajar sejati (ronijamal.com/pembelajar-sejati/).
– menjadikan ilmu yang dibelajari bermanfaat berjuta umat (ronijamal.com/ilmu-yang-bermanfaat/)

Sebab ketika nasi sudah menjadi bubur, akan tuai penyesalan penderitaan tak hingga di alam kubur.

___200424–belajar istikomah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.