ANDAI MAMPU MENYELAMI
Posted By Roni Djamaloeddin on June 15, 2014
Andai pemahaman, keimanan, dan keyakinan itu mampu menyelami batin (hati nurani), roh, hingga rasa (perasaan)-nya Nabi SAW, tentu akan :
1. Mampu menangkap hakekat beragama yang diajarkan Nabi Adam, Nabi Dawud, Nabi Isa, dan keseluruhan Nabi-Nya yang lain, yang ternyata (sangat memungkinkan) mewariskan “baju” (ajaran syareat) yang berbeda.
2. Mampu mencermati dan mengambil pesan hikmah mengapa Tuhan mesti mengupdate para Rasul-Nya ketika Rasul satu meninggal dilanjuti dg Rasul-rasul berikutnya, semenjak Nabi Adam—hingga jebating jagad.
3. Mampu menghayati bahwa sebelum diangkat jadi Khalifah/Utusan, para Rasul itu awal-mudanya adalah murid yang belajar (secara khusus dan kaaffah) pada Guru Wasiilata.
4. Karena itu amat paham pula bahwa pada setiap zaman (setiap periode diturunkan Rasul) “pasti” dibarengi/diiringi kemunculan nabi palsu. Pada jaman Nabi Isa ada yg mengaku nabi, jaman Nabi Saw juga ada. Hal demikian sangat wajar dan sangat logis karena yg ngaku-ngaku tersebut dulunya adalah “tunggal Guru” (sak peguron)—yang bisa jadi satu bangku atau bahkan satu bantal/kamar.
5. Kemudian tidak mudah gumun (heran) ketika mendengar cerita bahwa Nabi Adam itu kenal Nur Muhamad, Nabi Isa kenal Nur Muhammad, Nabi Muhammad sendiri juga kenal Nur Muhammad, bahkan semua nabi wali (di Jawa) juga kenal Nur Muhammad.
6. Memahami meyakini hingga ainul-haqqul yakin bahwa ajaran/ngelmu yg mengajarkan Nur Muhammad itu akan selalu mengabadi sepanjang jagad masih berputar. Jiwa raga penyampainya saja yg mesti diupdate oleh-Nya. Sebab sesuai ketentuan-Nya, kullu man ‘alaiha faanin. Setiap jiwa raga pasti mati.
7. Menyadari dan meyakini bahwa banyak yg mengajarkan serta menggelar ilmu Dzikir, yaa ilmu tentang Nur Muhammad. Namun yg hak dan sah serta lurus jadug dihadapan Tuhan hanya satu. Sebab Allahu fissama wa ana fil ardhi.
8. Akan selalu berusaha membumikan menafaskan dasar taubat dalam keseharian, sebagaimana suri tauladan para Nabi/Rasul-Nya. Menyontoh mengitbak sekaligus mempraktek tangis Beliau, dimana dalam sehari semalam Beliau2 itu tangis panalongso, tangis nyuwun pangapuronya maring Gusti lebih dari seratus kali. Astaghfiiiiiirrrr…
“Dasar Taubat” itu gelem merasai (ngrumangsani) bahwa diri ini hina dina tdak bisa apa, bahkan letheking jagad.
Andai jajar bersama dg manusia kolong jembatan, merasa masih jelek dirinya.
Ning….iso ngakoni ngrumangsani ngono kuwi, yen ora kedudut oleh rahmat fadhole Gusti, yoo koyo dene hil yg mustahal.
Tapi, bagaimanapun, itulah potret ngelmu kang manfa’at. Ilmune wis mupangat ono ing ati roh hingga rasa.
9. …
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.