APA BAGAIMANA SYAFAAT ITU
Posted By Roni Djamaloeddin on January 24, 2020
Ngapunten p Roni Djamaloeddin..
Sejatosipun kulo taksih wonten banyak hal ingkang badhe kulo tangklet aken.
Perihal poin no 6 meniko babagan umat.
Pripon pandangan panjenengan meniko perihal syafaat, wonten nopo mboten. Bilih wonten sinten ingkang saget nyafaati umate lek sanes kanjeng nabi. Tapi dikatakan bila tidak sejaman dan menyatakan langsung keberadaan nabi tidak bisa di katakan umat, tapi pengikut, simpatisan pengagum dsb.
Ingkang no kaleh kulo kok geh enten geganjelan manah perihal sahadat meniko. Lek mboten nekseni langsung, lan senes umate, sahadat ingkang umum meniko nopo boten wonten istilahe. Umpami mboten terus sahadate pripon engkang leres meniko. Nuwun pencerahanipun suwun.
=====================================
Ngapunten, sekedar share pemahaman pengalaman.
Pertama, syafaat, istilah populer yang mirip adalah donga restu pangestu. Istilah kepejabatannya katebelece atau surat sakti. Istilah sepuhnya, idu geni atau sabdo pandito ratu.
Yang mampu memberi syafaat Nabi Saw dan atau para pelanjut risalah kerasulan Nabi.
Sebagaimana sabda Nabi Saw : ‘Alaikum bisunnati wasunnati khulafaurrasyidin al mahdiyyin…
Kamu semua saya perintahkan mengikuti sunnahku dan sunnahnya para wakil penggantiku yg lurus dan al mahdiyyin (istilah lainnya Imam Mahdi).
Para wakil pengganti Nabi (pelanjut risalah kerasulan) yang ditunjuk langsung oleh Nabi Saw itu yang diberi wenang membuat sunnah. Karenanya, semua pengikut Nabi Saw diperintahkan untuk mengikuti sunnahnya para wakil Nabi tersebut.
Maka dengan sendirinya mendapat pelimpahan untuk memberikan syafaat. Karena berada dalam sebuah rantai “sunnah nabi”. Atau dalam rantai “sunnaturrasul”.
Persis sebagaimana yang terjadi pada Nabi Saw ketika muda (menjadi murid), juga ditunjuk langsung oleh Guru Beliau. Ditunjuk dan disahkan menjadi wakil Guru Beliau, hingga dilimpahi wenang sepenuhnya. Yang kemudian disebut Khalifatullah.
Kedua, kaitannya dengan syahadat, bersaksi itu mesti meliputi dua dimensi sekaligus. Dimensi syareat dan dimensi hakekat.
Dimensi syareatnya, indra penglihatannya menyaksikan secara langsung. Menyaksikan jasadiah Nabi Saw secara langsung, atau menyaksikan yang menerima pelimpahan tugas risalah kerasulan.
Sedang dimensi hakekat, mata hatinya juga menyaksikan (melihat secara langsung) atas wujud yang disaksikan.
Sehingga syahadatnya kaffah (menyeluruh raga dan jiwa, atau lahir dan batin).
Sehingga aplikasinya, ketika tidak/ belum bertemu langsung jasadiah Nabi Saw, tapi menyaksikan (yubayi’unaka = berbaiat) pada yang ditunjuk/ditugasi Nabi Saw dalam rantai “Sunnah Nabi” (Sunnaturrasul), maka bisa dikatakan syahadatnya telah kaffah.
Namun bila hanya mengucap menyatakan sebatas bibir, maka bersyahadatnya belum dikatakan kaffah.
Sama halnya mengagumi menggandrungi bidadari surga, bahkan merasa kenul-kenul pasti mendapatkannya, tapi tak pernah tahu apa bagaimana wujud yang dikagumi. Bila kekaguman itu diceritakan pada orang lain, maka yang didapat hanyalah serangkaian cibiran hoax.
_____240120–belajar sak dermo menyampaikan, dalam nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.