BEKERJA FISSILMI KAAFFAH
Posted By Roni Djamaloeddin on September 14, 2019
Bekerja secara fissilmi kaaffah atau bekerja dalam suasana selamat yang menyeluruh, adalah bekerja dengan menyatukan atau memfungsikan keempat dimensi sekaligus. Yaitu bekerja dengan melibatkan seluruh struktur anasir penyusun jiwa raga. Melibatkan dimensi syareat, dimensi tarekat, dimensi hakekat, dan dimensi ma’rifat.
Karenanya, bekerja atau mencari nafkah atau aktifitas apapun pada dunianya masing-masing, maka bekerja fissilmi kaaffah secara praktis dapat diperinci :
1. Bekerja dimensi syareat. Yaitu bekerja yang giat keras profesional. Bekerja tetap sungguh-sungguh, walau tanpa dilihat atasan. Tidak takut dicela. Tidak gila dipuji. Tidak butuh dan tidak bangga disanjung. Pendeknya, kinerja yang di atas rata-rata manusia lainnya.
2. Bekerja dimensi tarekat. Yaitu ketika menjalani syareat dengan bekerja secara profesional, hati tetap mengingat-ingat isinya Dzikir (ilmu Dzikir). Hatinya tidak ada niat bekerja untuk mencari gaji. Dalam hati tidak ada niat bekerja mencari pahala. Bekerja tidak mengharap pemberian dari atasan ataupun sesamanya.
Hatinya konsen dalam menjalani Dawuh Gusti : alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub.
Mengajegkan dzikir bersamaan dengan keluar masuknya nafas, di saat jasad menjalani syareat bekerja secara keras dan profesional.
3. Bekerja dimensi hakekat. Yaitu ketika jasad bekerja secara keras profesional, dibarengi hati nurani yang ajeg dalam dzikir, sambil belajar mengembalikan roh pada asalnya. Alias belajar tidak ngaku. Belajar bersih ikhlas billah. Alias Nyandar Guru.
Menyadari bahwa roh adalah Daya Kuat Tuhan yang ditiupkan (dipinjamkan) pada jasad manusia, saat jasad berumur 120 hari dalam kandungan.
Karena merupakan pinjaman, maka harus dikembalikan. Yaitu dengan tidak ngaku, saat hati nurani berdzikir, saat jasad bekerja. Sehingga tidak berani ngaku bisanya. Tidak ngaku kuatnya. Tidak ngaku hasil kerja kerasnya. Tidak ngaku ide gagasannya. Tidak ngaku kuatnya, maupun segala yang menempel pada jiwa raga.
4. Bekerja pada dimensi ma’rifat, adalah ketika jasad bekerja keras profesional, dibarengi hati ingat isinya dzikir, roh nginjen-nginjen Daya Kuat Tuhan, dibarengi dengan rasa (perasaan) hanya merasa-rasakan Dzat Yang Maha Wujud, Dzat Yang Maha Sampurno.
Apapun kondisi jasadnya, rasa hanya merasa-rasakan Wajah-Nya. Sedang makan minum kumpul anak istri bermasyarakat berbangsa, rasa perasaannya hanya merasa-rasakan Dzat Yang Maha Ada. Sehingga rasa telah bebas dari jeratan dunia. Merasakan indahnya abadi disisi-Nya. Menyatakan innal jannata laqiya Robbaka, sesungguhnya surga itu suasana rasa hati bertemunya hamba dengan Tuhannya.
_____130919–refleksi Jumat legi dalam nderek nyengkuyung bela dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.