LAKUM DINUKUM
Posted By Roni Djamaloeddin on August 26, 2020
Hampir di semua tafsir memaknakan lakum dinukum waliyadin, dengan bagimu agamamu bagiku agamaku.
Pemaknaan lain sangat jarang ditemukan, walau tentunya juga ada.
Sebagaimana penafsiran dari mantan rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang sungguh sangat-sangat rasional.
Ad-din menurutnya dimaknai “al-khudu’ al-mutlak”, pasrah total secara mutlak.
Sehingga karenanya, lakum dinukum waliyadin diartikan bagimu kepasrahtotal mutlakmu, bagiku kepasrahtotal mutlakku.
Contoh penerapan yang sangat sederhana, ketika kita menjumpai saudara yang tidak ajeg menjalankan sholat, tentu kita berusaha mengajak mengingatkannya. Namun bila tetap tidak mau, bahkan mengejek kita yg mengingatkan, maka dengan lemah lembut dalam hati berkata lakum dinukum waliyadin.
Pemaknaan al khudu’ al mutlak juga pas serasi sejalan bila diterapkan pada ayat : laa iqroha fiddin, yang biasanya dimaknakan tiada paksaan dalam beragama. Menjadi tiada paksaan dalam berpasrah total secara mutlak.
Juga pas serasi sejalan bila diterapkan pada ayat Inna ad-diina ‘indallaahi al-islam, yang di berbagai tafsir diartikan sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.
Pemaknaan demikian biasanya digunakan untuk pembenar diri, untuk rumongso bener dewe. Kemudian dijadikan senjata penegas bahwa selain Islam adalah tidak benar.
Namun bila dimaknakan sebagaimana paparan di atas, maka menjadi : sesungguhnya (siapa pun mereka) yang berpasrah total secara mutlak di sisi Allah (direalisasikan dengan patuh sujud sebagaimana patuh sujudnya malaikat dihadapan khalifah-NYA), itulah yang selamat (diselamatkan oleh Tuhan sendiri)”.
Pemaknaan ini sungguh sangat rasional. Tidak mempedulikan sekat batas agama. Tidak peduli golongan mahdzab sekte aliran jabatan organisasi, atau apapun predikatnya. Tidak mempedulikan lagi status sosial status gelar dan status kekhusyukan. Asalkan pasrah total secara mutlak, yaitulah yg akan selamat (diselamatkan Tuhan) dunia akherat.
Implikasi praktisnya, rasa hati yang pasrah total mutlak itu bersih dari pengakuan ego-emo. Tidak butuh pengakuan golongan-agamanya apa. Tidak ada merasa suci, tidak merasa paling penting, tidak merasa kuasa, tidak merasa berkedudukan berjabatan. Semua telah sirna. Ambles bumi sap tujuh. Isinya pasrah total secara mutlak (nyandar Guru).
Yang pasrah total mutlak adalah hatinya, rasa jiwanya. Jiwa raganya tetap aktif dinamis, kerja keras, etos kerja etos pikirnya tinggi, hingga profesional di bidangnya masing-masing.
Bilamana pasrah total secara mutlaknya mampu dikerjakan dengan baik, maka dengan sendirinya Dzat Yang Maha Bisa Yang Maha Kuasa akan menyelamatkan dirinya, di dua kampung sekaligus. Kampung dunia hingga kampung akherat.
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.