MASJID AL-HARAM?
Posted By Roni Djamaloeddin on September 15, 2022
Istilah Masjidil Haram awalnya tersurat dalam Al Isra’ ayat 1. Ayat yang biasa dikenal dengan peristiwa Isro’ Mi’roj. Kemudian istilah itu melekat pada sebuah masjid yang mengelilingi Ka’bah.
Namun pada ayat tersebut tidak dijelaskan apakah bermakna fisik, meta fisik, atau bermakna lain. Atau mungkin sengaja disilent Tuhan agar manusia greget mencari dan bertanya pada ahlinya (Wakil Tuhan). Atau mungkin sebagai pancingan akal nalar, yang akan mengantar otak pecah cerah pada Tuhannya?
Sementara faktanya, dari istilah itu muncul beragam penafsiran. Semisal; masjid yang haram, masjid yang diharamkan untuk kegiatan terlarang, tempat terlarang bagi yang tidak suci hatinya, serta beragam pemaknaan lainnya.
Dalam olah nalar-roh-rasa serta pengalaman kami berguru pada al Muthohharun, kata Masjid berasal dari kata dasar sujud yang mendapat imbuhan mim. Seperti kata islam mendapat imbuhan mim menjadi muslim (pelaku islam).
Sehingga masjid adalah tempat sujud hamba pada Tuhannya. Secara syareat adalah bermakna fisik: masjid, surau, langgar, rumah masing², …dan sebagainya. Sedang secara hakekat, makna tempat sujud hamba adalah dada masing-masing.
Sedang makna al-haram adalah diharamkan Tuhan. Sehingga masjidil haram adalah tempat/suasana sujud (dada) yang diharamkan Tuhan. Sujud yang melanggar atau tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.
Adalah sujud yang tidak ada dzikir didalamnya. Tidak ada ashsholatu lii-dzikrii (sholat adalah ingatnya hati pada Wujud Ingsun). Karena hatinya belum tahu, belum kenal pasti Wujud yang disujudi.
Bentuk lain sujud yang diharamkan adalah sujud dalam pembayangan (membayangkan) Tuhan. Sujud yang mengingat asma-Nya. Sujud yang hatinya mengingat-ingat makna, ingat pekerjaan, ingat rumah tangga, ingat harta, ingat hutang, …dlsb. Itulah tempat/suasana sujud yang diharamkan Tuhan.
Sehingga bila dikorelasikan dengan ayat lengkapnya (Al Isra’ 1): Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad, Rasul-NYA) pada malam hari dari tempat/suasana sujud yang diharamkan Tuhan, menuju suasana sujud yang jadug (Al Aqsa = jadug, sampai dihadapan Tuhan) yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepada manusia sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.
(http://ronijamal.com/wp-content/uploads/2017/07/Membumikan-Makna-Isra-Miraj.pdf)
Akhirnya, hanya Tuhan yang mampu membebaskan hamba-Nya dari tempat/suasana sujud yang diharamkan, menuju tempat/suasana sujud yang jadug (sampai) dihadapan Tuhan. Dengan terlebih dulu memandikan mensucikan dada si hamba dengan air Zam-Zam. Adalah simbol meniupkan ilmu yang suci mensucikan. Istilah pewayangannya banyu perwitosari. Istilah Qurannya : ilmu Dzikir.
Sehingga simpulnya, masjidil haram bukan bermakna fisik semata. Tapi makna secara hakekat, adalah tempat/suasana sujud yang diharamkan Tuhan. Tempatnya dalam dadanya masing-masing.
Pilihan selanjutnya adalah membiarkan dada ini dalam suasana sujud yang diharamkan atau sujud yang jedug (sampai) dihadapan Tuhan. Itu adalah keputusan masing-masing. Sebagaimana pilihan beriman ataupun kafir, yang juga wilayah pilihan masing-masing. “Barangsiapa menghendaki beriman, hendaklah beriman dan barangsiapa menghendaki kafir, hendaklah kafir” (Al Kahfi 29).
_____090922–belajar share dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.