MENGESAKAN TUHAN?

Posted By on November 30, 2022

Dalam kamus bahasa Sansekerta, Esa maknanya tunggal. Namun referensi lain, kata Esa bukan berarti satu atau tunggal dalam arti jumlah. Esa berasal dari kata “Etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak.

Sehingga ketika digabung, Esa bisa dimaknakan Maha Mutlak, Maha Tunggal, Maha Wujud. Sepadan makna sufi, Esa adalah Dzat Yang sejatinya Wujud. Sebagai implikasinya, selain Dzat Yang Maha Esa, sejatinya adalah tidak ada, tidak wujud. Alias semu, fatamorgana, bayang-bayang ilusi.

Esa yang asal bahasa Sansekerta, semakna tauhid dalam bahasa Arab. Karenanya, mengesakan Tuhan semakna dengan mentauhidkan Tuhan.

Secara teori, tauhid berasal dari istilah wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan “sesuatu” satu saja.
Secara syar’i, tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sembahan yang mutlak, dan selalu diingat-ingat dalam hati.

Secara praktis, tauhid adalah memposisi dan menjadikan hati (nurani) berada pada satu titik konsentrasi. Yaitu hanya Satu yang diingat-ingat. Hanya Satu yang dijadikan tujuan. Hanya Satu yang digandrungi dan dicintai. Karenanya mesti kenal pasti Dzat Yang Maha Esa. Yaa…Dzat Yang Maha Wujud.

Jelasnya, ketika jiwa raga menjalani kerja atau lakon atau dep-colot (profesinya) masing-masing, hati nurani tetap (istikomah, kontinyu) dalam mengingat-ingat Dzat Yang Maha Wujud, Dzat Yang Maha Esa.
Sehingga ketika jasad mobat mabit, bahkan “munyer seser” seperti gasingan, hati tidak ikut “umyeg seser”. Hati tidak hanyut pada polahnya jasad. Juga tidak hanyut (kanthil) pada wujud yang dihadapi dan dikerjakan.

Mengapa bisa demikian?
Karena hati nurani telah gondelan, bahkan maqam di esensinya Esa/Tauhid. Hati nurani telah pandai cerdas dan maqam pada ilmu dzikir (isinya dzikir, yaa ilmu Tauhid). Hati nurani telah mapan istikomah menjalani Dawuh Guru.

Dengan demikian simpulnya :

  1. Mengesakan Tuhan itu mengajegkan hati nurani ingat (eling) Dzat Yang Maha Mutlak.
  2. Membela menegakkan Tuhan Yang Maha Esa, adalah membela memperjuangkan hati nurani maqam pada tupoksinya (ingat Isinya Dzikir, yaa ilmu Dzikir, yaa ilmu Tauhid) dengan memerangi ganas mubalnya pasukan hati sanubari (iri drengki marah emosi tersinggung sombong …dst).
  3. Bagiku Esaku, bagimu Esamu.
    Masing-masing diri bertanggung jawab langsung pada Dzat Yang Maha Esa. Bukan bertanggung jawab pada kyai/ulama/syaih/tokoh yg diikuti dan ditawaduki.
  4. Ketuhanan Yang Maha Esa bisa dijalani bila hati telah kenal pasti Dzat Yang Maha Tauhid. Selanjutnya diamalkan hamba yang bertekad kuat mulih pada-NYA (ilaihi Rojiuuna).
  5. Esanya Tuhan adalah wilayah Tuhan dan mutlak terjadi, baik diesakan manusia ataupun tidak. Namun mengesakan Tuhan adalah wilayah hamba, kewajiban hamba dalam membebas diri dari syirik.

___241122–belajar share olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.