MENGAPA KITA DIPINJAMI ROH?

Posted By on November 23, 2022

Sebelum paparan pengalaman dilanjut, perlu disadari dimaklumi bahwa pemahaman pengalaman masing-masing dalam berguru, khususnya perihal roh, tidak akan pernah sama. Karenanya, tidak perlu ada saling mengolok, saling menyesatkan, apalagi saling memaksakan pemahaman pada yang beda pengalaman. Mengaplikasi ayat laa ikroha fii ad-din dalam bershare dan berballighu ‘anni.

Memahami memaklumi dengan lapang dada bila pengalaman meguru jebolan TK SD tidak akan pernah sama dengan pengalaman jebolan PT. Demikian pula pengalaman sesama alumni PT, tidak akan pernah sama antara pengalaman sarjana nuklir dengan sarjana sastra. Pun pengalaman berthorikoh, berolah kebatinan, berilmu laduni, berilmu super tenaga dalam, …dst-dsb sangat mungkin tidak sama.

Juga perlu memahami seberapa pun tinggi pengalaman berguru yang dijalani, masih ada Tuhan Yang Maha Sempurna. Maha update ilmu langitnya untuk manusia. Ilmu yang dibawa dan digelar langsung oleh Wakil-Nya. (https://ronijamal.com/bisunnatii/)

Sehingga karenanya, tidak boleh ada merasa lebih baik lebih hebat lebih super pada sesamanya. Bahkan harus belajar menyadari seyakinnya bahwa dirinya adalah dzaluman jahula, khotho’ wa nisyan. Nyemplung kedalaman makna laahaula.

Bagi yang belum pernah tahu/dengar, anggap saja sebagai pengetahuan baru dalil di atas langit masih ada langit. (https://ronijamal.com/di-atas-langit/)
Anggap sebagai sentilan, atau info setengah gila, atau mungkin tsunami-pikiran, bila sebentar lagi roh kita akan lepas dari jasad. Karenanya perlu pemahaman pengalaman dan pembelajaran pasti perihal roh, sebelum diambil Yang Maha Punya. (https://ronijamal.com/kemana-roh-ketika-mati/)

Implikasinya, menjadi larangan besar bila saling menyalahkan, baik yang sudah menyelami pada yang belum menyelami, maupun sebaliknya. Sebab menyalahkan itu tanpa disadari ada indikasi rumongso bener. Menabrak al-Haq min Rabbika.

Menjalani perintah watawaa shaubilhaq, saling share, dalam rangka ibadah mancat mulih maring Gusti. Berlomba menyerap hikmah kebaikan dari mana pun asalnya. Berlomba menyerap nilai rasionalnya. Yang tentunya juga berlomba melerep menyirep meredam sifat watak egois emosi dan mubalnya nafsu.

Pemahaman pengalaman berguru kami, adanya pinjaman roh itu agar fitrah manusianya (sirr = rasa) kuat untuk memproses diri pulang kepada Yang Maha Fitrah. Kuat memproses diri menjalani uji kehidupan dunia, dalam segala potensi dan bidang garapnya masing². Kuat berpikir nggraito tafakur mendalam. Kuat berdzikir dan mau belajar istikomah tumakninah. Hingga kuat memerangi hawa nafsunya.

Analogi sederhana perihal pinjaman roh (pinjaman Daya Kuat Tuhan), andai manusia itu seperti kipas angin, maka menjadi berfungsi dan punya daya putar (kipas) bila kabel powernya dicopkan pada stop kontak aliran listrik. Andai manusia itu seperti pengusaha yang bangkrut total dan habis modalnya, maka menjadi punya daya kuat bisnis setelaj mendapat pinjaman modal (roh bisnis).

Karenanya, belajar memahami struktur anasir jiwa raga manusia atau unsur penyusun jiwa raga. Dimana, petunjuk Guru dalam rantai silsilah (yang tidak pernah putus semenjak Nabi Saw, bahkan hingga Nabi Adam) struktur anasir jiwa raga manusia adalah :

  1. Sirr/rasa = unsur dasar manusia. Fitrah manusia, yang merupakan percikan Dzat Yang Maha Fitrah. Fitratallahi allati fatharannasa ‘alaiha. Rasa kemudian dibungkus oleh :
  2. Roh. Tersusun dari tujuh lapis. Roh ini dibungkus oleh :
  3. Hati nurani. Hati tempat mengalirnya Nur Cahaya Ilahi. Dilengkapi sparingan dengan hati sanubari (yang didalamnya bersemayam nafsu amarah dan nafsu lawwamah). Kedua hati dibungkus oleh :
  4. Jasad/raga. Jasad ini dibawah kendali otak. Otak yang juga merupakan jendelanya hati.

Keempat unsur anasir jiwa raga tersebut punya tugas fungsi masing-masing.

  1. Jasad, tugas fungsinya ngambah (menjalani) tertibnya syareat. Segala perkara (petunjuk Rasul) yang dapat dikerjakan anggota tubuh, didengar telinga, diucap mulut, termasuk baiknya budi pekerti, andap asor, baiknya adab akhlak, pribadi sempurna, …dst-dsb.
  2. Hati nurani, tugas fungsinya ngambah (menjalani) tertibnya tarekat. Ajeg kontinyu dzikrullah (ingat isinya ilmu dzikir).
  3. Roh, tugas fungsinya ngambah (menjalani) tertibnya hakekat. Nginjen² Daya Kuat Tuhan. Belajar tidak ngaku kuatnya, tidak ngaku bisanya, tidak ngaku punyanya, tidak ngaku akon²nya. Nyemplung makna laahaula.
  4. Rasa, tugas fungsinya menjalani ma’rifat. Merasa-rasakan hakekat Yang Maha Wujud. Mengitsbat isinya HUWA, yaa isinya ilmu Dzikir. Menafi dunia seisinya, termasuk wujudnya jiwa raga.

Bila telah memahami unsur anasir jiwa raga, dengan sendirinya akan belajar mengaplikasi perintah “udkhulu fissilmi kaaffatan”. Perjuangkan semua unsur anasir jiwa raga menuju selamat (mencapai Islam) secara keseluruhan. (https://ronijamal.com/islam-kaaffah/)

Yang pada akhirnya, belajar memahami menyadari meyakini bila kuatnya menjalani Islam Kaaffah, kuatnya menjalani ilaihi rojiuuna, kuatnya jihadul akbar mancat mulih maring Gusti, hanya karena pinjaman roh (Daya Kuat) Tuhan. Daya Kuat yang ditiupkan saat jasad berumur 120 hari dalam kandungan.

Karenanya, pinjaman roh ini secepatnya harus dikembalikan. Bukan menunggu deadline waktu habis. Bukan disangka antri menunggu panggilan (mati). Tapi dipakai yang sekaligus juga dikembalikan sejak sekarang. Istilah kerennya : muutu qabla antamutu. (https://ronijamal.com/seri-soal-solusi-mati-sebelum-mati/)

___201122–belajar olah hati olah nalar olah roh dan nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.