MENYESAL DILAHIRKAN ??
Posted By Roni Djamaloeddin on December 28, 2019
Kalau dirasa-rasakan, memang ada unsur menyesalnya, kenapa aku dilahirkan ke dunia. Menyesalnya, kenapa saya dulu berani-beraninya (sanggup) menerima
amanah. Padahal amanah tersebut awalnya tidak ditawarkan kepada manusia, melainkan ditawarkan kepada langit, bumi, gunung.
Yang raksasa saja tidak sanggup menerima amanah. Lha kok saya yg bagaikan sebutir debu dibanding si raksasa, begitu gemendul menerimanya. Sungguh kebangeten saya ini. Sungguh sangat7x terlalu buuoodoh.
Faktanya, setelah menyatakan sanggup menerima amanah, lalu divonis oleh Tuhan : innahu kaana zaluman jahula.
Sesungguhnya manusia itu dzolim (kejam, aniaya) lagi bodoh.
Bisa dibayangkan, masih di alam fitrah, sudah mendapat gelar demikian mengerikan. Apalagi setelah didamparkan di medan uji, di alam dunia, dicap oleh malaikat suka membuat kerusakan dan pertumpahan darah (perusak pembunuh) (QS.2:30). Astaghfiiiirr…
Namun, watak kami (saya dan seluruh dulur tunggal fitrah) yang dzoluman jahula, perusak pembunuh, rupanya masih ditolerir oleh Tuhan. Terbukti dengan kersonya Tuhan membuat Khalifah/wakil-Nya yang membimbing manusia mengenali amanah-Nya yg telah disanggupi dan diterima ketika masih di alam fitrah.
Namun sayangnya, banyak saudaraku tunggal fitrah yang tidak peduli dengan amanah Tuhan yg telah disanggupinya. Banyak yg lupa sama sekali atas fitrah dirinya. Buktinya, watak merusak membunuh yg divonis malaikat kental menyatu menjadi watak manusia.
Jadi, sedikit unsur menyesal yang menyelimuti jiwa raga ini, harus saya tepis saya sirnakan dengan pemikiran penggagasan yang kandas tuntas, bahwa :
- Saya dilahirkan karena hendak diuji atas kesanggupanku menerima amanah. Karenanya, aku harus sadar bahwa apapun bagaimana pun keadaan yang menyelimuti jiwa raga adalah ujian-NYA.
- Modalnya dengan mengikis habis watak-watak zaluman jahula, menyingkirkan nafsu-nafsu yang terlanjur default dalam dada : iri, dengki, egois, sombong, kumingsun, keminter, merasa suci, merasa bener, dan merasa-merasa buruk lainnya.
- Caranya, patuh tunduk sepenuhnya pada ketentuan-Nya : inni ja’ilun fil ardhi khalifah (Aku hendak membuat Khalifah/Wakil di muka bumi), yang senyatanya, makna praktisnya abadi sampai kiyamat.
- Getun menyesal dilahirkan di dunia yang penuh tipu daya, penuh virus iri dengki permusuhan pembunuhan, bukan solusi baik. Tapi malah menjerumuskan dalam jurang kehancuran.
- Langkah pastinya adalah terus bergerak, memperbaiki diri, membenahi diri atas kezaliman kebodohan diri. Sambil bebarengan bersama dulur tunggal fitrah, yang sama-sama merasa seapes senasib seperjuangan, dalam rangka menyatu kembali dengan Dzat Yang Maha Fitrah di alam Keabadian. Semoga.
_____281219–belajar kontinyu merangi nafsu dalam nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.