SEDULUR PAPAT LIMO PANCER
Posted By Roni Djamaloeddin on May 7, 2020
Mengenal dan menyelami sedulur papat limo pancer, yang muncul di mbah gogel, sangat banyak sekali variannya. Karenanya, bila tidak punya pakunya (ilmu) “jagad bawono sughro”, yaitu jagad kecil yang mengada di dadanya masing-masing, bisa menimbulkan kebingungan. Atau kegamangan. Atau kegilaan bagi penyelamnya. Atau bahkan sebaliknya : tuduhan aliran sesat.
Sebaliknya, bila sudah necep ngelmu tersebut, menjadikan dada “yasyroh shodrohu lil islam”, terbuka lapang dada dalam Islam (keselamatan).
Dada yang selamat, salah satu indikatornya, tidak gupuh tidak was sumelang tidak bingung dalam menghadapi banyaknya varian makna sedulur papat limo pancer.
Bahkan mampu merangkum perbedaan. Mampu menyerap sari pati diberbagai variannya. Mampu mengaplikasi praktis rohnya “Bhinneka Tunggal Ika”. Hingga merasakan nikmatnya “perbedaan adalah rohmat Tuhan”.
Pemahaman pengalaman meguru yang saya dapat, istilah sedulur papat limo pancer, adalah istilah dari Tuhan yang diturunkan melalui Khalifah-NYA, ketepatan waktu turunnya di Jawa. Namun ketika Khalifah itu diturunkan di Arab, di Gujarat, maupun di lain wilayah-Nya di muka bumi, menjadi beda istilahnya. Namun esensinya sama.
Sedulur papat adalah unsur anasir jiwa raga manusia. Jasad, hati nurani, roh, dan rasa. Sedang pancernya, atau pusatnya, adalah Huwa yang ada di dalam rasa.
Keempat sedulur papat tersebut punya tugas ambahan masing-masing.
Sedulur pertama, jasad.
Tugas dan kewajibannya melakukan tertib harmoninya syareat. Yaitu segala perkara peraturan dari Tuhan yang digelar Rasul, yang dapat dilihat didengar dan dikerjakan oleh anggota tubuh. Termasuk pula yang lembut-lembut : baik budi dharma, pribadi mulia, sidik amanah tablig fathonah, al amin, andap asor, lembah manah, … dlsb.
Sedulur kedua, hati nurani.
Tugas dan kewajibannya adalah menjalankan tertibnya tarekat. Makna tarekat adalah jalan. Maksudnya jalan menuju Tuhan. Adalah ilmu Huwa yang mengada di dalam rasa.
Sehingga tugas dan kewajiban hati nurani adalah mengingat-ingat Huwa. Istilah lainnya mengingat-ingat ilmu dzikir, yaa isinya dzikir. Dengan terlebih dahulu melakukan fas-alu ahladzdzikri, bertanya/berguru pada ahli dzikir (al Anbiya 7).
Namun mirisnya, untuk bisa menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, hati nurani dibuatkan ujian mahaberat berupa hati sanubari. Dengan dua nafsu yang telah tumbuh subur membumi dalam dada semenjak kecil. Yaitu nafsu amarah dan nafsu lawwamah.
Nafsu amarah, tabiatnya adalah senang berlebih-lebihan, royal, hura-hura, serakah, dengki, dendam, iri, membenci orang, tidak tahu kewajiban, sombong, tinggi hati, senang menuruti sahwat, suka marah-marah dan akhirnya gelap tidak mengetahui Tuhannya.
Sedang nafsu lawwamah, perbuatannya adalah acuh, senang memuji diri, pamer, senang mencari aibnya orang lain, senang menganiaya, berdusta, pura-pura, dan tidak tahu kewajiban.
Kedua nafsu inilah yang akan selalu menghadang dan membegal tugas kewajiban sedulur kedua. Karenanya, harus bisa menundukkan menjinakkan melerepkan mubalnya kedua nafsu tersebut.
Disitulah salah satu sub bagian yang disebut jiihadul akbar. Perang terbesar yang tidak ada tandingannya di muka bumi. PD 1-2, PD 3, perang bintang, perang antar planet, tidak ada apa-apanya dibanding perang terhadap nafsunya sendiri.
Sedulur ketiga, roh.
Roh adalah daya kuat Tuhan yang dipinjamkan pada jasad manusia. Peminjaman itu terjadi pada saat janin berumur 120 hari dalam kandungan.
Saat peniupan rohnya, dibarengi dengan ketentuan umur, jodoh, pati, rezeki, …dlsb.
Adanya pinjaman roh (daya kuat Tuhan), menjadikan jasad punya tenaga dan daya kuat. Otak punya daya kuat berpikir. Jantung punya daya kuat memompa darah. Paru-paru punya daya kuat menghirup oksigen. Sel-sel darah, daging, dan sejenisnya pun punya daya tumbuh berkembang. Hingga mata bisa melihat, telinga bisa mendengar, … dst-dsb.
Karena merupakan pinjaman, maka roh yang menghidupi manusia itu harus dikembalikan. Pengembaliannya saat hidup sekarang, bukan menunggu panggilan mati. Istilah lainnya, rohnya diislamkan.
Karena itu, roh punya tugas dan kewajiban ngambah hakekat. Nginjen-nginjen daya kuat Tuhan. Yaitu menyadari meyakini dan merasakan bahwa sejatinya laahaula walaa quwwata illa billah. Hamba itu tidak punya daya kuat, tidak punya daya bisa, dan tidak punya daya punya sama sekali. Sedang Yang Kuat Yang Bisa Yang Punya adalah Huwa.
Sedulur ketiga ini, bila diibaratkan pinjaman modal usaha, tiap hari diputar digunakan dibelanjakan, tapi juga dikembalikan.
Demikian pula roh, tiap detik dipakai, tapi juga dikembalikan. Caranya, belajar tidak ngaku atas apapun yg dibisai, dipunyai, dimiliki, diakoni, …dst-dsb.
Sedulur keempat, rasa.
Rasa adalah unsur dasar manusia. Yaa fitrah manusia. Percikan dari Dzat Yang Maha Fitrah. Fitratallahi allati fatharannasa ‘alaiha. Fitrah Allah-lah yang menciptakan fitrah manusia dari Fitrah-Nya sendiri (Ar Rum 30).
Rasa inilah yang saat di alam arwah (alam dzar, alam fitrah) yang menyaksikan langsung Wujud Tuhan. Karena menyaksikan secara langsung Dzat Cahaya-Nya, maka ketika Tuhan meminta persaksian manusia dg kalimat “alastu bi Rabbikum”, maka semua manusia dg gagah perkasa menjawab “qolu bala syahidna”.
Sedulur keempat ini punya tugas dan kewajiban ngambah ma’rifat. Menyatakan laa maujuda illallah. Ibarat setetes air di gunung, yang memproses diri nyemplung ke lautan luas. Menyatakan manunggal kembali dg Gusti, seperti ketika di alam dzar dulu.
Sedang pancernya, adalah Huwa. Huwa yang mengenalkan diri dg 99 asma. Huwa yang disebut-sebut hamba dengan ratusan – jutaan nama/istilah/sebutan. Huwa yang mengada di dalam rasa. Huwa yang menjadi tujuan fitrah manusia untuk kembali. Huwa al-awwalu Huwa al-akhiru Huwa al-dhohiru Huwa al-bathinu.
.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.