ANDAI ORTUKU BERAGAMA…

Posted By on June 28, 2020

Andai ortuku tidak punya agama, maka aku pun kiranya nyaris 99,99% tidak tertarik pada agama.
Andai ortuku beragama Yahudi, maka aku pun akan nyaris 99,99% beragama Yahudi.
Andai ortuku beragama Majusi, maka aku pun nyaris 99,99% beragama Majusi.

Pun saat ini, andai ortuku beragama “Langit”, maka aku pun nyaris akan beragama langit.
Lalu bagaimana dg mereka?
Biarlah mereka. Itu urusan mereka. Kiranya pun kurang lebih sama. Nyaris sama agama ortunya.

Begitulah pola beragama itu.
Begitulah kinerja otak pikiran itu.
Begitulah produk pendidikan beragama ortu yang kita jalani saat ini.
Begitulah mental spiritual jiwa kepribadian kita saat ini.

Lantas, dimanakah otak pikiran jiwa perasaan yang merdeka sejati itu??

_____refleksi tafakkur Jumat Pahing, 210717 sambil belajar kontemplasi nderek dan nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).


Maka, menjadilah jiwa yang berani memecah menggagas kandas tuntas (sampai sel/akar terkecil) bahwa agama itu bukan budaya.
Agama bukan milik tokoh ulama kyai wali nabi.
Agama bukan milik sesepuh pinisepuh tetua adat, juga bukan milik ortu ataupun mbah-mbah dulu.
Tapi agama adalah milik Tuhan.
Al haq min Rabbika.

Refleksinya, beranikah rasa jiwa menyelami agama yg dari/milik Tuhan hingga merdeka sejati?
Beranikah pikiran dan rasa jiwa mengkritisi agama yg selama ini kita pahami-yakini, untuk kemerdekaan sejati jiwa kita sendiri?
Dengan tdk perlu dan tdk usah nyawang apalagi nyalahke liyan.
Sanggupkah menggiring mengendarai mengangon nalar logis untuk menembus menjelajahi agama yang dijaga dan diturunkan Tuhan sendiri?

Inna nahnu nazzalna adz-dzikra wainna lahu lahafidzun.
Sesungguhnya AKU-lah yg menurunkan adz-dzikra (ilmu dzikir), dan AKU pula yg menjaganya–sampai batas tak hingga.
Sebab disitulah agama dalam dimensi hakekat itu mengada.


Karena nyatanya panggah olehe mengakui bin ngrumangsani hakE Pengeran (nggasab hak-E Pengeran), maka kewajiban manusia itu adalah menafikan wujudnya, juga akon-akon dunianya.

Cara menafikannya :

  1. Nglampahi tertibnya syareat (jasad/raganya). Aturan/agama yg akan selalu Dia update melalui Khalifah-Nya.
  2. Hati nuraninya nglampahi tertibnya tarekat. Hati yg diperdi kelet ing dzikir (bisone kanthi meguru ngelmu dzikir marang kang hak lan sah menunjukkan ngelmunya). Karena itu pasti menuntut (menundukkan) kridane hati sanubari (yg didalamnya ada nafsu amarah dan nafsu lawwamah).
  3. Rohnya ngambah tertibnya hakekat.
  4. Rasanya ngambah ma’rifat.

Itulah beragama yg lurus jadug (tembus) langsung pada-NYA.


Sebagai tambahan wawasan dari pengalaman nyata bahwa :
DzIkir itu, bila dipaham-yakini melalui fas-alu ahladzdzikri, dalam aplikasi yubayi’unaka (al Fath 10), maka ia bukan lagi sekedar laku.
Bukan lagi sekedar memuji, tapi lebih dari penting-utama dibanding bernafas.

Sebab faktanya, yg didzikiri itu lebih dekat dari paru-parunya sendiri. Juga lebih penting dari nafasnya sendiri.

Karenanya, menjadikan dzikir lebih penting dan utama dari bernafas.
Padahal tanpa bernafas, manusia adalah benda mati.

Sehingga, bagi yang telah berguru Ilmu Dzikir dari yg hak dan syah menunjukkan, maka dzikir adalah segala-galanya.
Dzikir adalah tujuan pasti hidupnya.
Dzikir adalah nafas dan darah hidupnya.
Dzikir adalah lebih “surgawi” dari orgasme (surga dunia).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.