APA ITU RASA?
Posted By Roni Djamaloeddin on February 15, 2021
S3lamat malam bol3h
lah saya di bagi ilmu nya,
Apakah itu rasa, apa beda
nya dengan rasa nasi goreng
—–+++—+++—+++—+++—+++—–
Maaf sebelumnya, hanya sadermo share pemahaman pengalaman berguru. Bukan berarti lebih ngerti, lebih waah, lebih junior-senior, …dan lebih² yang lain. (http://ronijamal.com/sadermo-sekedar-menyampaikan/)
Rasa, yang biasa disebut perasaan, sejatinya adalah fitrah manusia. Fitratallaahillati fatarannasa ‘alaiha. Fitrah Allah lah yang telah menciptakan fitrah manusia dari Fitrah-Nya sendiri.
Rasa adalah unsur dasar manusia. Unsur utama, atau unsur inti manusia. Adalah wujud metafisiknya manusia, selain roh dan nurani. Dan, rasa pula yang nantinya pulang menghadap Wajhullah. Sedang roh dan nurani, rojiuna ke alamatnya masing². (http://ronijamal.com/mati-slamet/)
Semua manusia tidak bisa lepas dari menggunakan rasa. Untuk merasa, dirasa, hingga baper (bawa perasaan). Yaa…rasa yang sekarang digunakan untuk merasakan asin, manis, mantabnya nasi goreng, gelo, kecewa, tersinggung, marah, emosi, getun, susah, bungah, butuh pahala, pamrih surga, takut neraka, … dan sebangsanya.
Rasa yang demikian umbrukan gunanya ini, adalah rasa yang menyimpang dari qudratnya. Rasa yang keluar dari rel qudratullah. Sebab, ketika masih di alam arwah (alam fitrah atau alam dzar), rasa ini hanya merasa-rasakan nikmat-lezat-bahagianya Dzat Yang Maha Wujud, yaa Dzat Yang Maha Sempurna.
Pada proses penciptaannya, rasa yang kemudian dibungkus roh, dibungkus hati nurani, baru dibungkus jasad. Setelah didamparkan di alam dunia atau medan ujian, rasa ini kemudian hanyut dalam pusaran materi dunia. Mabuk kepayang pada gebyarnya madu dunia–yang hakekatnya adalah racun. Adalah simbol rasa yang terjajah dijajah dan diperbudak oleh nafsunya.
Karena itu, rasa yang telah nggladrah di alam pacoban sekarang, yang juga dijajah diperbudak diperkosa nafsu tujuh, perlu dan seharusnya diselamatkan (atau diislamkan). Yang bisa menyelamatkan adalah diri sendiri.
Bukan orang lain. Bukan orang tua, kyai, ulama, nabi, sesepuh pinisepuh yang ditawaduki. Bukan pula anak istri, cucu cicit buyut keluarga, kolega, dan sebangsanya. Bahasa Qurannya : udhulu fissilmi kaaffatan. (http://ronijamal.com/islam-kaaffah/)
Kemudian bagaimana memenej rasa sesuai aktifitas dunia kita sekarang?
Sedikit cerita atau pengalaman dapat disimak pada: http://ronijamal.com/aktifitas-yang-kaffah/
Jadi, wajibul wajib menjaga dan hati² waspada dengan rasa. Karena ia akan abadi disisi Tuhan. Apakah abadi dalam kebahagian (hakekat surga) ataukah abadi dalam kesengsaraan (hakekat neraka, karena tidak bisa kembali mlebu akhirat).
_____15022021–belajar share olah nalar olah rasa dalam nderek Guru (Romo Kyai Tanjung).
.

Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.