CITA-CITA NASIONAL
Posted By Roni Djamaloeddin on March 29, 2020
Cita–cita nasional manusia adalah hidup bahagia di dunia, mati masuk surga.
Bahagia bila hartanya banyak, mobil mewah, rumah megah, kedudukan terhormat, kolega maupun tetangga “mundhuk-mundhuk” (menyembah), keluarga sukses pendidikan dan pekerjaannya, …dst-dsb.
Walaupun cita-cita tersebut sebatas “eforia”, belum pernah dirasional hingga dicicipi kebenaran faktanya, tapi berhubung saking kuat-mengakarnya dogma yang menancap sejak dini, maka jadilah dogma eforia menjadi cita-cita nasional jiwa.
Menganalogi redaksi “lakum dinukum”, biarlah mereka bercita-cita setinggi atmosfir, atau setinggi mata kepala bisa memandang. Itu pilihannya. Itu “HAM”-nya masing-masing.
Bagi seorang anak manusia, yang semenjak lahir dipisah/terpisah dengan orang tuanya, tentu cita-cita tertingginya adalah bertemu kembali dengan orang tuanya. Cita-cita tinggi yang lain katut atau mungkin malah menguap dengan sendirinya.
Bagi saya pribadi, cita-cita nasional saya adalah “ilaa Rabbiha nadziroh”. Hanya kepada Tuhan melihat (menyatakan dengan pasti) dan merasa-rasakan kebahagiaan “menyatu” abadan abada. Bagaikan setetes air yang menyatu kembali dengan samudera mahaluas.
Ilaihi roji’un itu bukan ditunggu. Tapi diperjuangkan dilakoni dituju saat ini. Ad-dunya mazroatul akhiroh, dunia adalah ladangnya akherat. Dunia adalah pancatan pulang ke akherat. Apapun profesi yang digarap dan dihadapi, dijadikan sarana mancat mulih ke akherat.
Bagaimana dengan Cita-cita Nasional Anda??
________030518–sadermo share pemahaman pengalaman dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Kyai Tanjung)
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.