GURU SUCI
Posted By Roni Djamaloeddin on March 2, 2020
Mencermati berbagai literatur yang ada, browsing, saran eyang gogel, cerita sahabat yang meguru, pitutur langsung para dai, petunjuk guruku, bahwa guru spiritual (atau bisa disebut guru mursyid, guru tasawuf, guru sufi, guru kebatinan, guru torikoh, guru ma’rifat, …dan semacamnya), jumlahnya buuaanyak sekali.
Kalau sekedar hitungan 75 saja, terlalu sangat kecil. Bahkan bisa mencapai ribuan jutaan.
Dan semua itu mengaku (rumongso) jadi guru, kecuali hanya satu. Sama halnya ratusan kecap, semuanya mengaku akulah kecap no satu.
Namun pengalaman sekaligus kesimpulanku, Guru spiritual yg lurus tembus langit sap tujuh itu di dunia hanya satu. Ia merupakan “kabel” Tuhan yg menjulur di muka bumi. Atau bisa disebut “corong” (pengeras) Tuhan. Atau boleh disebut “juru bicara” Tuhan yg menampak di bumi.
Al Quran menyebutnya : Khalifah, Rasul, al Wasilata, Imamu Mubin, an Nadzir, al Hadi, ahli Dzikir, al Wustho (Wasithah), al Muthohharun, …dst-dsb.
Nabi Saw menyebutnya : Khulafurrasyidin al Mahdiyyin (bukan hanya 4 sahabat sebagaimana kultus banyak orang, tapi wakil Nabi yg gilir gumanti sampai kiyamat), Imam Mahdi, (pintunya) Kota ilmu.
Imam Ali menyebutnya : Imam Zaman.
Wali Songo menyebutnya : Satriyo Piningit, Ratu Adil.
Mengadanya Guru dimaksud abadi sampai kiyamat. Visi misi tupoksinya abadi, jasadiahnya yg berganti-ganti.
Itu selembar pengalaman pemahamanku dalam meguru. Tentu saja sangat mungkin berbeda dengan pengalaman pemahaman Panjenengan. Dan itu sah-sah saja. Hak Panjenengan semutlaknya.
Lakum dinukum waliyadin.
Bagiku guruku bagimu gurumu.
Tidak punya guru batin (spiritual), buta hidupnya (Al Ghozali)
Tidak tahu tidak kenal Imam Zaman di zamannya masing-masing, tersesat matinya (Imam Ali).
Monggooo…..andum slamet.
Sampai bertemu bersama kembali di Jagad Fitrah. Seperti masa kita dikumpulkan bersama dimintai persaksian kesaksian : alastu bi Rabbikum??
_____121018–ngudarasa dalam nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Kemudian di antara ciri-ciri khususnya :
1. Dipusakai (dibekali) 4 martabat sekaligus : Mursyidun, Murbiyun, Nasihun, dan Kamilun.
Mursyidun adalah karena kehendak dan ijin dari-Nya dia digulawentah oleh Guru yang sebelumnya untuk dilimpahi tugasnya. Menunjukkan jalan lurus hingga selamat dan bahagia bertemu dengan Diri-Nya. Juga memberi petunjuk terhadap berbagai temuan si murid agar tidak meracuni tujuannya. Bahkan mendorongnya dan menyemangati tujuannya.
Martabat Murbiyun adalah ngitik-ngitik. Yakni dengan tidak jemu-jemunya mendidik, membimbing dan mengarahkan tujuan si murid itu supaya tidak mudah putus di tengah jalan. Sebab, ternyata bahwa perjalanan mendekat kepada-Nya rumpil margane. Pelik sekali, lembut dan sangat dalam dimana nafsu manusia sama sekali tidak menyenanginya. Padahal mendekat kepada-Nya harus dengan mengendarai nafsunya sendiri. Banyak cobanya, besar pengorbanannya, namun apabila dengan sabar dan tawakkal dalam jihadunnafsinya, sempurna pula yang diperolehnya.
Martabat Nasihun adalah martabat pemberi nasehat yang nasehatnya itu apabila dijalani sepenuh hati, buah dan manfaatnya serta sampainya dengan selamat bertemu Tuhannya akan sama persis dengan seandainya dipimpin sendiri oleh para Nabi rasul-Nya.
Martabat Kamilun yakni martabat sempurna dan menyempurnakan.
Atas rahmat dan fadhal-Nya, telah ngambah alam sampurno (disempurnakan Tuhan). Artinya telah pernah ditarik oleh-Nya menyatakan bertemu dengan Diri-Nya. Menyatakan mati sebelum mati. Lalu menyempurnakan. Artinya bagi yang dikehendaki mentaati petunjuk dan perintahnya, juga akan ditarik oleh fadhal dan rahmat-Nya dapat menyatakan sempurna. Selamat dan bahagia bertemu dengan-Nya.
2. Kuat memimpin Mujahadah Puji Wali Kutub.
Yaitu mujahadah dg mengajak para Wali Kutub yg menjaga tepi-tepinya jagad. Dilaksanakan di pertengahan malam hingga Subuh. Di zaman kenabian dilakukan di tempat-tempat yg sepi (gua-gua, atau gurun-gurun yg tidak diketahui manusia).
Sebagaimana halnya yg dilakukan para Nabi Rasul terdahulu yg tidak diketahui seorang pun, kecuali jamaah an Nubuwah (para murid2nya), yg istilah lainnya adalah ahlul bait. Ahli rumahnya Nabi Saw dalam hal hakekat. Bukan ahli rumah syareat.
3. Telah dipersiapkan dan digulawentah oleh Guru yang sebelumnya. Seperti ketika Junjungan Nabi Muhammad SAW mempersiapkan dan nggulawantah Imam Ali As.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.