MARTABAT ROH

Posted By on February 28, 2020

Katakanlah : Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS Az Zumar 9).

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al Isra’ 85).

Internalisasiku, dari pengalaman pemahaman berguru, roh adalah daya kuat Tuhan yang ditiupkan pada jasad manusia saat berumur 120 hari dalam kandungan. Adanya tiupan roh tersebut, menjadikan segumpal daging bisa tumbuh. Sel-sel berkembang. Jantung berdenyut. Organ bekerja sesuai fungsinya, dst-dsb.

Karenanya, daya kuat yang meliputi hamba adalah milik-Nya. Kekuatan-Nya. Kebisaan-Nya. Ditiupkan dipinjamkan kepada manusia agar kuat dan mampu berjalan pulang ke asalnya. Otak kuat mampu mencerna menggagas tuntas asal muasal sangkan paraning dumadi. Yaitu di saat menjalani uji-amanah yang telah disanggupi ketika masih di alam arwah (alam dzar, alam fitrah), yang didamparkan pada kehidupan dunia.

Sebagaimana Tuhan tegaskan dalam QS.8:17 : “dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar”.
Juga hadits populer : “laa haula walaa quwwata illa billah”.

Namun sayangnya, daya kuat pinjaman Tuhan itu diaku menjadi daya kuat manusia. Bisanya Tuhan diambilalih menjadi bisanya manusia. Kepunyaan Tuhan pun dijarahpaksa menjadi kepunyaan manusia.

Inilah yang dikatakan rohnya belum islam (belum diislamkan). Rohnya dijajah dikuasai nafsu. Rohnya tidak bermartabat.

Contoh praktisnya, ketika punya ide dan ide tersebut tidak diterima orang lain, maka menjadi tersinggung tidak terima marah emosi bahkan nantang perang.

Bagaimana agar roh itu bermartabat?

Roh yang bermartabat, bisa diibaratkan minyak kelapa yang didapat dari penggodokan (perebusan) santan dalam waktu yang lama.
Dalam kaitannya dengan anasir struktur jiwa raga manusia, roh yang bermartabat adalah roh yang mapan (manggon) pada maqam hakekat. Dimensi lebih dalam (kedalaman) dari dimensi tarekat.

Karena merupakan proses lanjut dari santan, maka santan dimaksud mesti didapat dari kelapa yang baik pula. Bukan kelapa yg buruk (garoh), bekas dikencingi bajing (tupai), atau sisa hewan lainnya.

Sedang permisalan santan yang baik, adalah ambah-ambah hati nurani yang bermartabat. Hati nurani yang maqam (mapan) pada tarekat. Adalah hati nurani yang ajeg berada pada relnya/jalannya. Yaitu hati nurani yang siang malam berusaha mapan (manggon, ngomah) di ilmu dzikir (isinya dzikir).

Contoh nyatanya adalah yang ditunjukkan Nabi Saw : tidurlah mataku, jangan tidur hatiku.
Ketika si jasad tertidur, nurani tetap terjaga dalam dzikir.

Mungkinkah ??

Sangat mungkin. Bila :
1. Jasadiahnya telah tertib menjalankan syareat (perintah Guru). Baik yang nampak kepala, terdengar telinga, dapat dikerjakan anggota tubuh, juga pribadinya baik andap asor lemah lembut sopan santun akhlak adabnya pun baik.

2. Ilmu dzikirnya hak dan sah dari Guru al Wasilata (al Wustho). Sebab faktanya, banyak ilmu dzikir yg digelar oleh yang bukan hak sah disisi-Nya. Pada zaman Nabi Saw dikenal dg istilah “nabi palsu”.

3. Niat tekad semangat tumemen dalam menjalani dawuh Guru. Mengitbak sifat malaikat yang patuh sujud dihadapan Khalifah Adam.

4. Sadar pasrah tawakkal bahwa yang bisa mendekatkan hamba dekat pada-Nya, atau bisanya dzikir di waktu tidur, adalah murni karena tarikan rahmat dan fadhal-Nya semata. Hamba tetaplah hamba yang tidak bisa apa-apa. Sekalipun memprospek dirinya luar biasa menuju tidur pun berdzikir, hamba tetaplah hamba yang tidak bisa apa-apa.

5. Harmonisnya potensi lakon dan pitukon, sesuai tingkat mampu masing-masing. Dibarengi istikomah tumakninah dalam istighfar nangis maringalah hingga taubatan nasuhanya.

Itulah gambaran nurani yang bermartabat. Apakah otomatis rohnya juga bermartabat?

6. Nurani yang telah bermartabat, tidak otomatis menjadikan rohnya bermartabat.
Analoginya, santan yang baik bahkan “sempurna”, tidak otomatis bisa menjadi minyak dengan sendirinya.

Masih perlu lakon yang ekstra berat untuk mengolah menjadikan minyak. Tahu sendirikan, prosesnya?

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.