JIKA SURGA NERAKA TAK ADA
Posted By Roni Djamaloeddin on August 21, 2020
Jika surga dan neraka tak pernah ada.
Masihkah kau bersujud kepada-Nya.
(Chrisye & Dewa)
Jika surga tampak nyata di depan mata
Akankah kau tergoda memasukinya?
Jika neraka tampak nyata di depan mata
Akankah kau terbirit takut menjauhinya?
Mungkin maunya Chrisye menyindir, mengingatkan, ataukah malah menampar (mengingatkan dg keras) mereka yang beribadah dengan pengharapan dapat masuk surga dan ketakutan kecemplung neraka? wa Chrisye a’lam…
Namun setidaknya dapat dikolaborasikan dg pengalaman Nabi SAW ketika Isro Mi’roj, bahwa Nabi dilarang oleh Gurunya “mampir” surga (ibadahnya karena mengharap masuk surga), dan terus berjalan menghadap Ilaahi (sebagai tujuan hakiki diberadakan/dihidupkan di dunia) dg ikhlas. Tanpa harapan apa pun (tanpa takut rugi ketika berdagang, tanpa suudzdzon & menyalahkan yg beda keyakinan, tanpa pamrih bangsa donya bangsa akherat, dst-dsb).
Wolo-wolo kuwato, mugo-mugo kelakono.
Cuplikan puisi Rabiah Adawiyah yg menggelorakan cinta suci abadi pada-Nya:
Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
Yang abadi padaku.
Dihadapan Sang Rabiah, surga neraka tidak penting lagi, tidak menarik lagi.
Sama seperti kita ketika kecil dulu, gelemnya kita membantu orang tua bila diiming-iming permen/upah/surga.
Tapi sekarang, gelemnya kita membantu orang tua bukan karena iming-iming permen lagi. Permen/upah/bidadari/surga sudah tidak menarik lagi.
Tantangan besarnya, sanggupkah kita menafikan itu semua?
Menafikan “persepsi” surga neraka?
Sanggupkah kita mengisbatkan Dzat Pemilik Surga Neraka?
Surga neraka adalah pengiming-iming yg efektif agar mau beribadah kepada-Nya. Tapi juga ujian yg sangat lembut bagi hamba yang sudah beribadah kepada-Nya.
Persis bunyi hadits tentang sholat, bahwa :
“mengerjakan sholat itu wajibnya menjalankannya, sama dengan wajibnya meninggalkan sholat”.
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.