KECEWA DENGAN BIJAK

Posted By on April 30, 2020

Kecewa adalah hal yang lumrah. Manusiawi.
Mengapa? Karena itu gawan bayi setiap manusia. Sebaliknya, tidak ada manusia yang bebas dari kecewa. Sekalipun kyai ulama tokoh super hebat, pasti pernah terjebak kecewa.

Apa/siapa itu kecewa?
Kecewa adalah salah satu pasukan elit hati sanubari. Masih ratusan pasukan lain yang bermarkas di hati ini. Seperti : pegel, jibek, emosi, marah, sombong, iri dengki, kumingsun, gumede, … dlsb.

Hati sanubari inilah yang biasanya dominan (default) dalam dada manusia. Karenanya, tidak bisa tidak, semua manusia pernah terjebak atau terpedaya oleh yang namanya kecewa.

Sedang lawan dari kecewa adalah sabar nglenggono lapang dada. Sabar ini adalah pasukan tempurnya hati nurani. Hati yang tempatnya berada di tengah dada. Tandanya deg-deg. Bila mengaca, yang tampak bergetar di tengah dada itulah hati nurani.

Sabar nglenggono lapang dada itu tidak mungkin muncul dengan sendirinya. Ia tidak akan tumbuh subur bila hati nurani tidak dicerdaskan. Dengan terlebih dulu digurukan (disekolahkan), atau diberi ilmu dzikir.

Sebab ayatnya telah jelas : Ingatlah, hanya dengan dzikir (mengingat isinya dzikir) hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Tenteram karena damai dalam dzikir. Ajeg dalam dzikir. Dadanya memancarkan cahaya dzikir. Otomatis pasukan kecewa nyingkrih, alias lerep sirep dengan sendirinya.

Oleh karenanya, ketika hati nurani tidak disuntik ilmu dzikir, tidak disekolahkan/digurukan pada ahlinya, tidak fas-alu ahladzdzikri (al Anbiya’ 7), maka hati nurani tidak akan pernah cerdas bin bijak dengan sendirinya.

Otomatis pula, dada akan dikuasai oleh hati sanubari. Kecewa iri dengki marah emosi tersinggung sombong kumingsun akan selalu memenuhi dada.

Jadi, langkah bijak dalam mengatasi kecewa, adalah mengalihkan atau menyalurkan energi kecewa ke dalam dzikir.

Demikian pula rasa-rasa negatif lain, atau kridanya pasukan sanubari lainnya, perlu dididik dibelajari dipaksa agar lerep sirep kemudian silem (tenggelam) ke dalam samudra dzikir.

Tanpa mengalihkan ke dalam dzikir, mustahil kecewa itu bisa “sirna” dari dada. Jangan biarkan pasukan sanubari tumbuh subur dalam dada. Terlebih sampai menguasai, hingga menjadikan jagad batin gelap gulita dari Cahaya-Nya.

Mungkinkah? Seribu persen mungkin. Tergantung manusianya dalam memprospek dan memproses diri :

  • Man jadda wajada.
  • Siapa yang kumadep, maka akan mendapat pertolongan-NYA.
  • AKU sesuai dengan persangkaan hamba pada-KU (Muttafaqun ‘alaih).

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.