YANG BENAR DIKUBUR APA DIBAKAR?

Posted By on April 28, 2020

Jawabnya adalah sesuai iman keyakinan masing-masing.
Yang meyakini dan menggunakan syareat dikubur, maka yang benar adalah yaa yang dikubur. Karenanya, dibakar adalah tidak benar.

Sebaliknya, bila yang meyakini dan menggunakan syareat dibakar, maka yang benar adalah yaa yang dibakar. Karenanya, dikubur adalah tidak benar.

Namun analisa rasionalnya, jasad ini adalah kendaraan pinjaman dari Tuhan. Namanya kendaraan, yaa hanya dikendarai manusianya untuk pulang kembali pada-NYA.

Yang pulang kembali disisi-NYA adalah manusianya, pengendaranya. Kendaraannya tidak ikut masuk rumah.
Sangat tidak sopan bila pulang ke rumah orang tua tercinta dengan naik motor. Sampai-sampai motornya dibawa masuk ke ruang keluarga.

Kendaraan hanya parkir di luar. Perkara kemudian dikubur, dibakar, dilarung ke laut, atau dikirim melayang abadi di luar angkasa, tidak masalah. Yang terpenting adalah manusianya, pengendaranya, bisa slamet pulang kembali pada tujuan hakikinya.

Namun yang mahapenting, dibalik yang dikubur atau yang dibakar, adalah pemahaman hakekatnya dikubur dibakar itu apa.
Kendaraan itu apa, yang mengendarai siapa.
Bagaimana mengembalikan pinjaman kendaraan itu.
Terus menjinakkan tujuh macam nafsu itu bagaimana.

Sebab, bila pemahaman peyakinan perasaan masih sangat tipis, seperti debu yang sangat ringan hingga mudah terbawa angin walau hanya sepoi-sepoi, rugi menyesalnya abadan abada. Hitungan trilyunan tahun tak ada apa-apanya.

Karena itu, yang mahapenting kedua adalah mengetahui ciri-ciri mati slamet. Istilah Arabnya, Ilaihi Roji’una. Asalnya dari Tuhan kembali lagi pada-NYA dengan selamat.

1. Jasad bosok.
Jasad yang asalnya dari tanah, kembali ke tanah. Hancur lebur menyatu dengan tanah kembali.

2. Hati ngadam.
Ngadam artinya tidak ada. Jadi hati yang ngadam adalah ketika dalam hati tidak ada lagi yang diingat-ingat, tidak ada lagi yang dikumanthili dieling-eling selain isinya dzikir (ilmu dzikir). Yaitulah Huwa (dzikir Huw).

3. Roh sirno.
Sirno ke alamnya Tuhan. Asalnya roh (daya kuat) dari Tuhan, maka sirna kembali ke Tuhan. Bisanya sirna karena dikembalikan dimujahadahi dijihadulakbari secara hiperserius dalam meguru, serta menjalani Dawuh Guru.

4. Rasa (Sirr, fitrah manusia) pulang menyatu lagi dg Dzat Yang Maha Fitrah. Ilaa Rabbiha Nadziroh.

Karena selama hidup mata hatinya telah kenal (melihat pasti) Wajah-NYA. Maka pulangnya ke alam fitrah (Dzat Yang Maha Fitrah) dirasakan dengan keadaan yang berseri-seri. Bahagia yang luar biasa tiada tara. Abadan abada disisi-NYA.

.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.