MAKSUM DALAM LOGIKA
Posted By Roni Djamaloeddin on November 14, 2019
Dalam riwayatnya, para nabi rasul dibekali derajad maksum. Sempurna dan terbebas dari kesalahan. Walau demikian, ironinya, ibadah Beliau sungguh luar biasa. Hingga kaki Beliau bengkak saking lamanya sholat.
Demikian pula istighfarnya, tangis panalangsa nyuwun ngapuro-nya, kerja kerasnya, juga luar biasa.
Padahal sudah terderajad maksum, tapi mengapa ibadahnya, kerja kerasnya, dan tangis nyuwun ngapuronya demikian hebat luar biasa?
Bisakah logika mengurai menterjemah hingga menyerapnya dg tuntas?
Bisakah kita, hamba yg feqir khotho’ wa nisyan ini mengitbaknya?
Pengalaman meguru saya, jiwa yg maksum, terbebas dari kesalahan itu adalah buah manfaat dari berbagai belajar latihan kerja keras dalam menjaga diri sendiri dari berbagai kesalahan, kesembronoan, kepongahan, dan pemikiran perencanaan estimasi yg matang.
Dalam istilah matikanya, limit salah sembrono sama dg nol.
Limit hati-hati waspada sama dengan takhingga.
Limit sadarnya diri sebagai al fakir, khotho’ wa nisyan, hina dina, tidak bisa apa-apa, bahkan merasa letheking jagad sampai tak terbatas.
Karenanya, kemudian istighfarnya ambles bumi. Olehe ngrumangsani kawulo sing ra iso opo2 ambles bumi. Rino wengi isine tangis nyuwun ngapuro maring Gusti.
Dalam ibadahnya, dalam kerja kerasnya, dalam tafakkur mendalamnya, selalu dibarengi tangis nelangsa nyuwun ngapuro.
Para Nabi Rasul yg terderajad maksum itu, dalam sehari semalam, tangis nelangsa nyuwun ngapuronya maring Gusti lebih dari 100x. Dimanakah rahasianya gerangan?
Rahasia mencapainya :
1. Punya ngelmu dzikir sebagaimana yg diagem para nabi wali rasul semua. Para nabi rasul semua, ketika mudanya semua punya guru spiritual. Berguru pada Guru Al Wasilata. Tak terkecuali Nabi Saw, masa mudanya juga berguru. Hingga pada akhirnya (atas kehendak Tuhan), diangkat sebagai Guru, Rasulullah.
2. Ngelmu dzikirnya diperoleh dari yg hak dan sah menunjukkan. Sebab nyatanya, banyak yg ngaku-ngaku punya kewajiban menyampaikan, padahal tdk hak dan sah dari sisi Tuhan.
Bilamana ngelmu dzikirnya diperoleh dari yg tidak hak sah menunjukkan, maka menjadi tidak bermanfaat.
3. Dengan sabar dan tawakkal meksa jiwo rogo nuhoni Dawuh Guru yg memberikan ngelmu Dzikir. Karenanya mujahadah memaksa jiwa raga, jihadunnafsi, disebut sebagai perang terbesar.
4. Memaksa jiwa raga menjalani tertibnya syareat dan hakekat. Tertibnya syareat adalah menjalankan segala perkara perintah Rasul (dawuh Guru) yang dapat dilihat mata, didengar telinga, dan dikerjakan oleh anggota jasad. Dibarengi dg akhlak yg mulia, budi pekerti luhur, lemah lembut andap asor. Al Amin, siddiq, amanah, tabligh, fatonah. Singkatnya, pribadinya “sempurna”.
Tertibnya hakekat adalah ketika memproses diri menjalani tertibnya syareat, dibarengi dg tertibnya istikomahnya hati dalam mengingat-ingat ilmu dzikir (isinya dzikir) yg telah diberikan Sang Guru.
5. Bilamana tertibnya syareat dan hakekat telah terjaga dan terlaksana, maka atas rahmat dan fadhal-Nya, serta syafaat rasulullah, restu pangestu Guru, akan ditarik masuk dalam ambah-ambahannya roh (Islamnya roh). Yaitu semua tandangnya, semua laku tertibnya syareat dan hakekatnya, semua akon2 kepemilikan dunianya, tidak DIAKU.
Kemudian tahap lanjutnya,
Tidak berani ngaku atas hasil kerja kerasnya.
Tidak berani ngaku atas milik kepunyaannya.
Tidak berani ngaku atas ide pemahaman gagasannya.
Tidak berani ngaku atas baik luhur pribadinya.
Karena rohnya telah paham ayat-Nya : laahaula walaa quwwata…
Namun demikian, pengakuannya hamba yg khotho’ wa nisyan, tempatnya salah dosa, hina dina, letheking jagad, justru semakin ambles bumi. Abadi dalam dadanya, abadi pengakuannya sebagai hamba.
_____120718–belajar sadermo share pemikiran pemahaman pengalaman dalam nderek nyengkuyung mbelo nyandar Guru (Kyai Tanjung).
Comments
Leave a Reply
Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.