MENGAPA RELIGIUS GEMAR KORUPSI?

Posted By on March 28, 2025

Melengkapi artikel Kompas maupun berbagai penelitian dunia perihal korupsi di Indonesia yang sangat menyesakkan dada, tulisan ini mencoba urun rembug (menawarkan ide gagasan) berikut solusinya.

Pertama, dari pandang sudut definisi. Dari perspektif ini, mengapa religius gemar korupsi, adalah karena memahami definisi agama (tidak rusak, tidak kacau) secara sempit. Tidak kaaffatan (tidak menyeluruh) meliputi struktur anasir jiwa raga manusia (jasad, hati, roh, rasa).

Sehingga dalam menjalani dan menjaga tidak rusaknya diri, hanya sebatas lahiriah. Belum menembus tidak rusaknya hati. Belum merasuk tidak rusaknya roh, apalagi tidak rusaknya rasa (perasaan). Beragamanya masih sebatas kulit terluar. (ronijamal.com/baik-benar-mesti-kaaffatan/)

Bisa diibaratkan memakai baju sutera berhias berlian, tapi badannya penuh koreng, banyak borok, nanahan, baunya tidak enak, dlsb. Maka tidak ada orang yang mau mendekat. Tidak ada yang empati, dan justru dijauhi orang banyak.

Dalam kondisi pemahaman definisi agama yang demikian, maka jiwanya kosong, rapuh, malah kadang penyakitan. Pada gilirannya mudah mengambil barang bukan haknya. Gemar korupsi kolusi manipulasi dan berbagai tidak asusila lainnya adalah sesuatu yang lumrah.

Kedua, dari sisi ajaran Islam yang notabene penganutnya 87,2% total populasi Indonesia, yang mana ajarannya dipahami sangat sempit. Perintah udkhulu fissilmi kaaffatan (masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan) dipahami hanya syareat. Islam ranah syareat namanya.

Sedang dalam penjelasan khos (dari al Muthohharun), fissilmi kaaffatan meliputi ajaran syareat tarekat hakekat makrifat. Islam syareat wilayah lahiriah/jasadiah. Islam tarekat adalah wilayah hati. Islam hakekat wilayah roh. Islam makrifat wilayah rasa (fitrah manusia, unsur dasar manusia).
(ronijamal.com/islam-kaaffah/)

Sebagai implikasi dari pemahaman yang sempit, hati jauh belum mampu diislamkan. Maka jiwa cenderung dikuasai nafsu buruk jahatnya. Sedang nafsu baiknya (pasukan hati nurani) diperbudak dan dijajah oleh nafsu jahatnya (pasukan hati sanubari). Pada gilirannya, gemar korupsi kolusi manipulasi dan berbagai tidak asusila lainnya menjadi suatu yang wajar. (ronijamal.com/dua-hati/)

Ketiga, sisi jiwa kosong dari sosok yang ditakuti disegani. Bagaikan anak kecil yang tidak mendapat didikan adab akhlaq orang tuanya, kemudian tidak punya rasa takut dan segan pada orang tua (bahkan orang lain). Maka tingkah lakunya menjadi liar tak terkendali. Membenarkan apa saja yang diperbuatnya. Termasuk gemar korupsi kolusi pelecehan pada santrinya, dan lain sebagainya.

Sebaliknya, ketika jiwa punya sosok ditakuti disegani, menjadikan kontrol diri sangat tinggi. Walaupun tidak ada orang melihatnya, tidak ada cctv yang merekamnya, maka dengan sendirinya punya rasa takut berbuat salah menyimpang.

Aplikasi tertinggi pengenalan sosok ditakuti disegani adalah pengenalan Wujud Cahaya Tuhan, sang penguasa jiwa raga manusia. Maka kenalnya mesti secara pasti. Mata hati mesti bisa melihat (merasa) dengan pasti wujud yang diimani. Bukan duga kira prasangka dari tempat sangat jauh.

Pengenalan sosok tertinggi disini bisa dianalogi sederhana, seperti kenalnya si napi terhadap sosok algojo yang menghakimi dirinya. Dimana si algojo selalu memantau gerak geriknya, lahirnya batinnya. Watak bengis dan kejamnya, sekali salah langsung tebas leher.

Maka si napi dengan sendirinya tidak berani lagi memelihara watak gemar korupsi kolusi maupun berbagai macam tindakan jahat lainnya. Karena tahu si algojo selalu memantau gerak gerik lahir batinnya.

Keempat, bisa mungkin gen bawaan sejak lahir. Gen kromosom orang tuanya yang religius tapi gemar korupsi. Dari luar nampak resi (manusia suci), tapi jiwanya durgo angrangsang (tak terkalahkan tapi rakus).

Solusi gen yang demikian diantaranya, perlu shock terapi, shock treatment, pendidikan super intensif, berdoa pada Yang Maha Kuasa, dan lain semacamnya.

Kelima, …open ended.

___200325–belajar istikomah tumakninah nderek Guru (Romo Kyai Tanjung)
.

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.