ISLAM KAAFFAH

Posted By on April 16, 2020

Pada umumnya, “Udkhulu fissilmi kaaffah” dimaknakan “masuklah kepada Islam secara keseluruhan” (QS. 2: 208).
Namun bila Islamnya diterjemah “selamat”, maka maknanya menjadi “masuklah dengan selamat secara keseluruhan”.

Pemahaman dan pengalamanku dari meguru, makna internalisasi dalam jiwaku adalah :
“upayakan/gapailah selamatnya seluruh struktural/anasir yg ada dalam jiwa ragaku”. Selamat yg terperinci menjadi :

  1. Selamatnya jasad/raga/lahir ==> menjalani tertibnya syareat.
  2. Selamatnya hati (nurani) ==> ngambah tertibnya tarekat (tertib dzikir = ajeg mengingat-ingat ilmu dzikir / isinya dzikir).
  3. Selamatnya roh (nyawa) ==> ngambah tertibnya hakekat = nginjen2 Daya Kuat Tuhan.
  4. Selamatnya rasa (sirr=perasaan=unsur dasar manusia) ==> menyatakan ma’rifat (menyatakan muutu qabla…).

Selamatnya jasad/raga, yaitu ngambah tertibnya syareat. Menjalankan perintah petunjuk Tuhan (yg terlahir melalui Rasul-Nya) yang nampak terlihat mata, terdengar telinga, dapat dilakukan oleh anggota jasad. Termasuk bagusnya budi, bagusnya akhlak, kasih sayang sesama bahkan sayang sesama makhluk (binatang, abiotik, dst), andap asor, pribadi mulia, lemah lembut….dst-dsb.
Juga belajar menjadi al-amin, sidik, amanah, tablig, fatonah, ing ngarso sung tulodho,….dst.

Selamatnya hati, menyelamatkan hati nurani dari penjajahan “diri sendiri” yaitu dengan ngambah tarekat. Tarekat itu maknanya jalan. Jadi hati ngambah tarekat adalah hati yang meniti/lewat pada jalannya. Yaitu hati yg ajeg dalam dzikir li Ghaibullah, bukan dzikir li asmaillah. Melakukannya dilatih/dibelajarkan saat bersamaan masuk-keluarnya nafas. Karena itu harus digurukan/disekolahkan pada ahli dzikir. Fas-alu ahladzdzikri inkuntum laata’lamuna.

Sebagaimana contoh yg diberikan Tuhan melalui Khalifahnya, pads peristiwa Isra’ Mi’raj. Nabi terlebih dulu dimandikan dengan air zam-zam yang suci mensucikan. Adalah sanepan hati yang digurukan dg ilmu yang mensucikan jiwa raga (ilmu dzikir). Atau pada kisah pewayangannya “adus banyu perwitosari”.

Mengapa perlu disucikan dengan “air zam-zam” atau digurukan dengan “ilmu dzikir”?
Sebab, DEFAULT-nya hati manusia itu yang berfungsi sejak lahir adalah hati sanubari, yang didalamnya ada nafsu amarah dan nafsu lawwamah.

Nafsu Amarah, yg tentaranya senang berlebih-lebihan, royal, hura-hura, serakah, dengki, dendam, iri, membenci orang, tidak tahu kewajiban, sombong, tinggi hati, senang nurutin sahwat, suka marah-marah dan akhirnya gelap tidak mengetahui Tuhannya.
Nafsu Lawwamah, yang tentaranya acuh, senang memuji diri, pamer, senang mencari aibnya orang lain, senang menganiaya, berdusta, pura-pura tidak tahu kewajiban.

Praktek hati yang ngambah tarekat (hati yang ajeg dalam dzikir) adalah seperti dicontohkan Nabi tidurlah mataku tapi jangan tidur hatiku, tidak kenal lagi istilah jibeg susah bungah frustasi nelongso getun,…dan berbagai penyakit hati lainnya. Nafsu amarah dan lawaamah telah tergusur oleh ilmu dzikir.

Selamatnya roh (roh yang selamat, roh yg telah Islam).
“Dan mereka bertanya kepada-mu tentang roh. Katakanlah roh itu termasuk urusan-Ku. Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS.17:85).

..”mu” ini siapa..? Apakah kita, aku, kamu, mereka, boleh ngaku-ngaku, atau rumongso mendapat tugas/pelimpahan untuk mengatakan perihal roh? (https://ronijamal.com/kamu-siapa/)

Setetes bocoran dari al-Muthahharun (ahladz-dzikri = imamu mubin = an nadzir = al hadi = …), bahwa roh adalah Daya Kuat Tuhan yang “dipinjamkan” kepada manusia. Pinjaman ini diberikan saat masih berumur 4 bulan dalam kandungan ibu. Saat dimana jasmani “siap” menerima Daya dan Kekuatan, sehingga bisa bergerak, tumbuh, sel-jaringan-sistem jaringan-organ-sistem organ berkembang, ….dst. (yg jelas otak belum bisa berpikir).

Analogi sederhananya, ketika rangkaian kumparan/lilitan kabel, magnet, kipas, dan sepelengkap (satu set onderdil) “makhluk” yg bernama “kipas angin” sudah siap, maka barulah dialiri arus listrik. Sehingga kipas listrik bisa menyala. Namun ketika belum siap, ya tdk mungkin dialiri arus listrik, sebab bisa kobong/konslet.

Jadi, roh yang selamat (roh yg telah Islam) adalah roh yang telah dikembalikan pada pemilik-Nya. Dipakai selama hidup (selama jatah umur masih ada), tapi telah berhasil “dikembalikan” pada pemilik-Nya.

PB-nya, mana mungkin akan mengembalikan pinjaman roh, sementara Sang Pemilik roh–bahkan roh itu sendiri–belum tahu, belum kenal pasti..??——PB (pertanyaan besar).

_____101018–sakdermo share dan tafakkur mendalam, sambil belajar nderek nyengkuyung mbelo dan nyandar Guru (Romo Kyai Tanjung).

About the author

Seorang Dosen Di STT POMOSDA, Guru Matematika SMA POMOSDA (1995 – sekarang), dan Guru "Thinking Skill" SMP POMOSDA yang mempunyai hobi Belajar-Mengajar Berpikir, Mencerahkan Pemikiran

Comments

Leave a Reply

Ket: Komentar anda akan dimoderasi terlebih dahulu sebelum tampil di blog ini.